Kamis, 30 Juli 2020

ASAL USUL PRABU WATUGUNUNG

Prabu Watugunung erat kaitannya dengan penanggalan dan horoscope Jawa Kuno.
Terlepas dari manusia purbakala penghuni tanah Jawa, bisa jadi kebudayaan Jawa jaman dulu terbawa orang hingga manca negara.
Segala sesuatu mungkin saja terjadi, dewa dewa dan jin kuno tanah Jawa banyak dipuja puja di lain benua.
Lain kata lain bahasa, sosok yang sama bisa lain sebutan dan nama di lain bahasa.
Syahdan putra dewa Ismaya batara Temboro / Patuk, membantu ayahandanya dengan menjelma menjadi manusia bumi.
Jauh sebelum menjadi kerajaan Galuh Pakuan, tempat itu adalah sebuah desa di kaki Gunung Batu.
Di sana dewa Temboro / Temburu jadi manusia bernama Palindriya.
Palindriya kemudian menjadikan desa tersebut sebuah kerajaan bernama Kalingga Dana.
Palindriya menikah dengan seorang putri dari ujung kulon bernama putri Lestari.
Dari pernikahan itu lahir seorang putra yang diberi nama raden Ganajaya.
Ganajaya tak mau menggantikan ayahnya menjadi raja, ia memilih jadi resi / pertapa dengan gelar Resi Gana.
Resi Gana memperistri dua orang kakak beradik bernama dewi Sinta dan dewi Landhep.
Dari perkawinan dengan dewi Sinta berputra raden Sela Wisesa, dengan dewi Landhep berputra raden Radita.
Setelah para istri melahirkan, bersamaan dengan itu tunai sudah tugas dewa Temboro, iapun mukswa bersama dengan putranya resi Gana. Keraton diserahkan pada putranya raden Sela Wisesa.
Karena putranya masih balita, keraton dititipkan pada istrinya dewi Sinta dan dewi Landep.
Tapi patih kerajaan bernama Tama, mengkudeta keraton dan hendak memperistri Sinta dan Landep.
Dewi Sinta dan dewi Landep tak sudi diperistri patih Tama.
Perang tanding terjadi, dewi Sinta dan dewi Landhep kalah dan melarikan diri sampai jauh ke Timur.
Sela Wisesa lari ke hutan Swelagringging.
Di tengah hutan ada sebuah desa yang sedang ditimpa wabah penyakit budug.
Tatkala sedang menyelanggarakan sesaji, Sela Wisesa yang sedang kelaparan memakan habis semua sesaji tersebut.
Penduduk desa marah, Sela Wisesa dipukuli beramai ramai.
Keanehan terjadi, Sela Wisesa tidak merasa kesakitan dan tubuhnya makin lama makin besar dan gagah. Wabah penyakit yang melanda desa tiba tiba lenyap.
Penduduk desa akhirnya ketakutan sendiri dan ramai ramai mengangkat Sela Wisesa menjadi pemimpinnya.
Sela Wisesa pada waktu melarikan diri masih sangat kecil, ia lupa namanya.
Oleh penduduk desa diberi nama Watugunung, karena tubuhnya keras bagai batu dan berasal dari gunung batu ( kerajaan Kalingga Dana ).
Desa ditengah hutan Swelagringging makin lama makin ramai sampai akhirnya oleh Watugunung diup grade jadi kerajaan dengan nama Swela Gringging.yang artinya tolak bala.
Radita lari ke arah barat dan ditolong orang hingga sampai Bojanegara.
Iapun lupa nama sendiri dan diberi nama Sadana  oleh penolongnya.
Setelah besar ia kawin dengan putri adipati Bojanegara.
Kelak setelah kerajaan Gilingwesi diperintah oleh raden Pahing yang bergelar prabu Parahiyangan, Sadana menjadi patih di sana.
Kembali ke pelarian dewi Sinta dan dewi landhep. 
Patih Tama mengejar dewi Sinta dan dewi Landhep hingga ke ujung timur tanah Jawa di negara Medang Kamulan.
Waktu itu rajanya bernama prabu Manukmadewa ( keturunan prabu Widyayaka / Ajisaka ).
Atas pertolongan prabu Manuk Madewa patih Tama dapat dikalahkan dan binasa.
Prabu Madewa terpesona pada dewi Sinta dan menginginkan jadi istrinya.
Dewi Sinta menolak, kejar mengejar terjadi lagi.
Dewi Sinta dan dewi Landhep berlari balik ke barat.
Sesampai di hutan Swelogringging, ia ditolong oleh penguasa hutan yang kini menjadi kerajaan Swela Gringging prabu Watugunung.
Dengan kesaktiannya prabu Watugunung dapat mengusir prabu Manuk Madewa balik ke Medang Kamulan.
Prabu Watugunung juga jatuh cinta pada dewi Sinta dan dewi Landhep yang awet muda.
Dewi Sinta dan dewi Landhep akhirnya menerima pinangan prabu Watugunung yang tampan dan gagah.
Keraton Kalingga Dana diserahkan pada prabu Watugunung.
Kerajaan Kalingga Dana dan Swela Gringging dijadikan satu menjadi negara Gilingwesi dengan pusat pemerintahan di kota praja Swela Gringging.
Dari permaisuri dewi Sinta prabu Watugunung berputra 27 orang bernama :

1.    Raden Wukir kembar dengan Raden Kurantil
2.    Raden Tolu kembar dengan Raden Gumbreg
3.    Raden Warigalit kembar dengan Raden Warigagung
4.    Raden Djulungwangi kembar dengan Reden Sungsang
5.    Raden Galungan kembar dengan Raden Kuningan
6.    Raden Langkir kembar dengan Raden Mandasija
7.    Radem Djulungpujud kembar dengan Raden Pahang
8.    Raden Kuruwelut kembar dengan Raden Marakeh
9.    Raden Tambir kembar dengan Raden Madangkungan
10.  Raden Maktal kembar dengan Raden Wuje
11.  Raden Manail kembar dengan Raden Prangbakat
12.  Raden Bala kembar dengan Raden Wugu
13.  Raden Wayang kembar dengan Raden Kulawu
14.  Raden Dukut tidak kembar

Dengan dewi Landhep berputra 5 orang :
1. Raden Legi.
2. Raden Pahing.
3. Raden Pon.
4. Raden Wage.
5. Raden Kliwon.

Kesemuanya laki laki.
Nama prabu Watugunung dan keluarganya hingga kini masih menjadi dasar kalender dan penghitungan horoscope Jawa dan Bali.

Sepeninggal prabu Watugunung beserta dewi Sinta, dewi Landhep dan 27 putranya.
Pemerintahan dipegang oleh raden Pahing bergelar prabu Parahiyangan.
Raden Legi tak suka pemerintahan.
Ia menjadi pertapa di gunung Ceremai.
Raden Pon mengembara ke Jawa Timur.
Raden Wage ke gunung Srandil.
Raden Kliwon menjadi panglima perang.
Sadana ( Radita ) yang mencari orang tuanya bertemu prabu Parahiyangan dan diangkat menjadi patih sekaligus penasihat kerajaan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar