Ajian ini tanpa mantra, cukup mengheningkan cipta mepeki babahan hawa sanga, mapet panca driya catur, sinigeg sajoga sinidikara.
LAKU :
Syahdan Sukasrana melalang buana mencari kakak tercintanya Sumantri yang sedang ngenger ikut Arjuna Sasrabahu di Maespati / Maospati.
Berhari hari berjalan tanpa kenal lelah,
sampai akhirnya sampailah pada suatu tempat aneh seperti rawa rawa dengan tanah bagai disinari sinar bulan, langit remang remang, seperti air tapi bukan air, seperti pepohonan tapi bukan pohon, berwarna hitam.
Tiada sinar matahari, tiada angin bertiup, tiada denyut kehidupan ragawi, tiada hujan, tiada mendung.
Yang ada cuma hening sepi seperti sonyaruri.
Tempat itu bernama setralaya.
Konon siapa saja yang lewat tempat itu baik jalma manusia ataupun hewan akan pralaya seketika.
Pada jaman dahulu saat para dewa dan raksasa bertempur memperebutkan tirta amerta, tempat ini dijadikan pembuangan bangkai bangkai raksasa yang telah mati.
Makanya sekarang tempat ini wingit kepati pati.
Setelah berjalan beberapa lama, tiba tiba yang berwarna hitam seperti air dan pohon bergerak mendekat, bersujud dan memanggil manggil bapa kepada Sukasrana.
"Mengapa kalian memanggilku bapa ?".
"Bapaklah yang kami tunggu selama ini, menurut Hyang Pramesti Guru, akan datang seorang satria yang kuat menginjakkan kaki ditempat ini. Satria inilah yang kelak dapat membebaskan kami dari mati penasaran menuju swargaloka. Satria titisan Betara Dharma dewa kebaikan / keadilan.
Sukasrana pun iba, ia bersedia sukmanya menjadi bapa semang dari para sukma raksasa yang tak terhitung jumlahnya.
Para sukma raksasa berkumpul menjadi satu dan masuk ke gua garba Sukasrana untuk belajar kebaikan.
Diberinya sukma gabungan para sukma dengan nama Candra Birawa.
Karena Setralaya bersinar seperti bulan dan wingit luar biasa.
Candra berarti bulan, birawa berarti dasyat luar biasa.
Inilah asal muasal aji Candra Birawa.
Sebuah aji meraga sukma dasyat yang tak dapat dibunuh.
Bila menjelma jadi badan wadag, setiap tetes darahnya akan menjadi badan wadag baru.
Bersamaan dengan itu, tempat itupun berubah menjadi normal kembali.
Pepohonan menghijau, air dan angin mengalir sejuk.
Matahari bersinar terang, hewan hewan dan burung burung berdatangan berkicau merdu.
Singkat cerita Sukasrana bertemu Sumantri yang sedang kesulitan mengemban tugas mencari dimana taman sriwedari untuk memindahkannya ke Maospati.
Jangankan memindah, mencarinya saja Sumantri tak bisa ketemu.
Dengan bantuan Sukasrana, taman sriwedari dapat ketemu dan dipindahkan ke Maospati.
Namun Sumantri merasa malu mempunyai adik buruk rupa.
Tanpa sengaja Sukasrana mati ditangannya.
Kelak setelah Sumantri gugur dalam perang melawan Rahwana, sukmanya menitis ke Narasoma dari Madaraka.
Sukasrana menitis ke resi Bagaspati dari pertapaan Argabelah.
Walaupun akhirnya Narasoma menikah dengan Pujawati putri Bagaspati namun sukma Sumantri masih belum bisa hidup bersama Sukasrana.
Narasoma merasa malu mempunyai mertua raksasa.
Keadaan ini dipahami oleh Sukasrana.
Dengan ikhlas ia pergi dari kehidupan Narasoma.
Ia menitipkan Pujawati pada Narasoma dan menitipkan Candra Birawa pada Narasoma untuk menjaga Pujawati.
Sekedar untuk diingat, ketika Narasoma dikalahkan Pandu Dewanata dari Hastinapura dalam berebut dewi Kunti Talibrata, Narasoma belum bertemu resi Bagaspati.
Jadi Narasoma saat itu belum memiliki aji Candra Birawa.
Keampuhan aji kumbala geni milik Destarastra masih kalah dimensi dengan aji candra birawa ( dari sudut pandang metafisika ).
Setelah kekalahan dari Pandu, Narasoma mengembara untuk meningkatkan kesaktian dan mencari jodoh sebagai ganti dewi kunti.
Resi Bagaspati setelah menitipkan Pujawati dan aji candra birawa kemudian mukswa dan berpesan, kelak ia akan menitis lagi untuk menjemputnya.
Titisan Sukrasana sekaligus titisan dewa Dharma berkutnya yakni Yudistira raja Amarta.
Narasoma setelah menjadi raja berjuluk prabu Salya.
Ketika dalam pertempuran kurusetra, prabu Salya berada dipihak Kurawa.
Dasyatnya aji candra birawa bikin miris para prajurit dan manggala yuda Pandawa.
Semakin dilukai semakin banyak jumlahnya.
Namun begitu melihat Yudistira, candra birawa seakan menemukan kembali bapanya.
Candra Birawa sebenarnya tidak krasan tinggal di gua garba Salya / Narasoma.
Narasoma gugur dimedan laga oleh Yudistira.
Namun sebenarnya yang terjadi adalah Sumantri dijemput Sukasrana bersama sama menuju swargaloka.
Dewi Pujawati yang mengetahui suaminya tewas, iapun labuh geni menyusul suaminya.
Karena kesetiaannya pada suaminya ia dijuluki dengan nama Setyawati...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar