Jumat, 12 Juni 2020

MEMAYU HAYUNING BAWANA

Memayu = mempercantik.
Hayuning = kecantikan.
Bawana = buana / bumi.
Dewa penjaga bumi = Hyang Antaboga.
Hewan penjaga bumi = Naga bumi.
Cerita wayang mengatakan bahwa wayang pertama adalah hyang Adam.
Wayang kedua batari Hawa.
Wayang ketiga putra hyang Adam ( hyang Sis / Esis ).
Wayang keempat istri hyang Sis ( dewi Mulat ).
Wayang kelima putra hyang Sis ( Nurcahya ).
Wayang keenam istri hyang Nurcahya ( dewi Punang ).
Wayang ketujuh hyang Nurasa.
Wayang kedelapan istri hyang Nurasa ( dewi Saji ).
Wayang kesembilan putra hyang Nurasa ( hyang Wenang ).
Wayang kesepuluh istri hyang Wenang ( dewi Wening ).
Wayang kesebelas putra hyang Wenang ( hyang Tunggal ).
Wayang keduabelas istri hyang Tunggal ( dewi Ikawati ).
Inilah silsilah wayang garis dewa istimewa.
Kenapa istimewa ?
Harap diketahui bahwa mulai hyang Adam, setelah putranya lahir, mereka manunggal dengan anaknya.
Artinya mereka hidup dialam kedewatan yang ada digua garba putranya.
Jadi tidak ada putra kedua atau putri kedua.
Begitu juga dengan garis turun istri.
Istri manjing ke gua garba istri para putra.
Istri bukan lahir dari silsilah lain tapi dari keistimewaan hyang Adam melahirkan dewi Hawa.
Keistimewaan ini juga dimiliki putranya dalam melahirkan istrinya.
Begitu yang terjadi sampai pada hyang Tunggal.
Hyang Wenang yang menyatu dalam tubuh hyang Tunggal.
Maka istri yang Wenang juga manjing ke tubuh istri hyang Tunggal.
Dewi Ikawati juga dilahirkan oleh hyang Tunggal.
Sama persis seperti dewi Hawa dilahirkan oleh hyang Adam.
Mohon maaf, harap jangan disamakan dan jangan dicampur adukkan antara garis wayang silsilah dewa dengan silsilah manusia atau jin.
Yang dimaksud hyang Adam dan dewi Hawa adalah asal usul dewa yang terlahir dari 
sangkan paraning dumadi, bukan manusia atau jin.
Dewa berbeda dengan jin dan tak mungkin dewa kawin dengan jin atau jin kawin dengan dewa.
Yang ada adalah dewa turun dikutuk jadi jin, jika ada jin naik kasta jadi dewa maka harus ada petugas yang meruwat jin tersebut menjadi dewa.
Jika tidak maka yang terjadi dewa kena kutuk jadi jin baru bisa mereka kawin di alam jin.
Atau jin diruwat jadi dewa baru bisa mereka kawin di alam dewa.
Dewa dilevel hyang Tunggal ke atas hanya ada satu.
Didalam hyang Tunggal ada hyang Wenang hingga hyang Adam.
Setelah hyang Tunggal berputra tiga, maka perkawinan putra dan putri sudah mulai saling silang.
Dimulai dari putra dan putri mereka.
Hyang Tunggal tidak lagi manunggal sejiwa dengan putra putranya.
Jiwa hyang tunggal telah membagi diri.
Demikian juga dengan dewi Ikawati, jiwanya membagi diri untuk mendampingi hidup suami yang jiwanya juga terbagi.
Inilah awal dari tugas tugas dewa.
Putra pertama hyang Tunggal dewa Tejamaya turun ke bumi menitis jadi manusia bernama Togog.
Tugasnya mendampingi para manusia bertabiat buruk / raksasa.
Tidak hanya memberi nasihat tapi juga mengorbankan diri jika satria yang didampingi mengalami kesulitan.
Tugas yang sangat berat.
Putra kedua hyang Tunggal dewa Ismaya turun ke dunia menitis jadi manusia bernama Semar.
Tugasnya mendampingi manusia berwatak baik.
Menasihati dan melindungi agar manusia yang dibimbingnya selalu berjalan di atas jalan lurus.
Putra ketiga hyang Tunggal dewa Manikmaya bertugas mengatur jagad triloka.
Dia tak menitis jadi manusia melainkan mengatur alam semesta agar lestari.
Di alam semesta ada planet bernama bumi.
Mempercantik kecantikannya bumi secara metafisik pewayangan, hanya memungkinkan dilakukan oleh
dewa Manikmaya dibantu dua saudaranya.
Sesuai tugas yang diembankan, tentu ilmu dan kemampuan yang memadai juga diberikan kepadanya.
Manusia bisa apa ?
Membuat bom nuklir ?
Membuat asap pabrik ?
Membuat pencemaran linkungan ?
Membuat kebakaran hutan ?
Membuat senjata kimia berbahaya ?
Menyakiti sesamanya ?
Kelemahan manusia, jika menolong seseorang secara tak sengaja dan tak terasa telah menyakiti manusia lainnya.
Jika mencintai satu hewan maka secara tak sengaja dan tak terasa telah tidak mencintai hewan lain.
Jika mencintai lawan jenis maka secara tak sengaja telah mencintai pacar atau pasangan orang lain.
Dan banyak lagi ketidak sengajaan yang dilakukan manusia secara relatif.
Untuk itu berbuat sesuatu harus memiliki standar mutlak yang berlaku di alam manapun...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar