Khusus buat para pencari jatidiri...
Buku adalah benda buatan orang untuk tujuan tertentu.
Penulis buku bertanggung jawab penuh atas apa yang ditulisnya.
Dengan membaca buku, orang menjadi banyak tahu.
Pengetahuan yang didapat dari membaca buku tertanam pada memori otak.
Penguasaan dari hasil membaca buku juga sebatas daya ingat otak.
Karena itu, hati hatilah bila membaca buku yang asalnya dari wahyu.
Seseorang yang telah menulis buku Wahyu Jamus Kalimasada.
Maka orang tersebut harus menguasai / memiliki Wahyu Jamus Kalimasada dan bertanggung jawab membawa para pembacanya untuk bersama sama masuk ke dimensi Jamus Kalimasada menghadap kepada yang menyampaikan / pemilik wahyu sebelumnya.
Yaitu sosok yang dulu mewariskan wahyu kepada penulis.
Jika penulis ternyata bukan pemilik / penguasa wahyu, maka penulis telah menyesatkan pembacanya.
Rohaninya akan sangat sengsara di alam baka.
Meskipun penulis berniat baik, tapi tetap kebaikannya hanya baik seistilah penulis ( relative ), bukan kebaikan mutlak seperti yang dimaksud Sang Pemilik Wahyu yang ditulisnya.
Wahyu diwariskan dari rohani ke rohani karena wahyu tak bisa ditulis.
Oleh sebab itu para pemilik wahyu tak seorangpunpun berani menuliskan wahyu kedalam buku.
Resikonya sangat besar, yaitu kelak jika pemilik wahyu meninggal dunia maka bukunya akan bisa dibaca semua orang.
Siapa yang bertanggung jawab membawa para pembaca ke dimensi wahyu ?
Telah kita ketahui bahwa pewarisan wahyu dari rohani pemilik sebelumnya ke rohani pemilik berikutnya melalui sekolah rohani, hanya dan hanya jika jasmani sama sama masih hidup.
Bagaimana cara mengatasi buku buku yang terlanjur ditulis sedang penulis yang bertanggung jawab telah berpulang atau ditulis oleh bukan pemilik wahyu ?
Penulis yang bertanggung jawab tentunya sudah merariskan wahyunya ke penerusnya.
Pewaris itulah yang memegang tanggung jawab, begitu seterusnya.
Wahyu diwariskan secara terus menerus tanpa putus.
Sedangkan bagi penulis wahyu tapi bukan pemilik wahyu ataupun bagi pembaca buku wahyu tapi tak tahu pemilik wahyunya, wajib untuk mencari pemilik wahyu yang masih hidup.
Terlebih bagi penulis buku wahyu yang bukan pemilik wahyu, jika tak menarik kembali bukunya maka ia harus menyerahkan bukunya ke pemilik wahyunya, jika tidak maka resiko harus ditanggung di alam baka selamanya.
Diketahui yang menyimpan wahyu Jamus Kalimasada adalah Puntadewa dari Amarta / Hastina.
Puntadewa adalah nama lain Yudistira.
Yudistira versi India tak mengenal Jamus Kalimasada.
Puntadewa versi Jawa ia pemilik Jamus Kalimasada.
Puntadewa mendapat Jamus Kalimasada dari seorang wali, dikiaskan dengan pertapa Begawan Abiyasa.
Karena Puntadewa tak bisa mewariskan Jamus Kalimasada, maka ia membawa pusakanya ke alam baka.
Di alam baka, pusaka Jamus Kalimasada benar benar menjadi pelindung dan penyelamatnya dari api neraka.
Dari sana diketahuilah bahwa Puntadewa bukan pemilik asli Jamus Kalimasada, melainkan sekedar pengguna yang tergabung dalam dimensi Jamus Kalimasada.
Siapa pemilik asli Jamus Kalimasada ?
Pemilik aslinya ternyata seorang Wali, maka wahyu Jamus Kalimasada turun temurun diwariskan dari Wali ke murid pengganti Wali hingga kini...
Namun diakhir jaman, wahyu seperti hilang.
Yang bertebaran justru buku buku tentang wahyu.
Pada saat wahyu benar benar hilang, maka alam semesta tak terhindar dari kerhancuran...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar