Namun masih kurang lengkap jika tak membahas istri istrinya.
Dalam memayu hayuning bawana telah dibahas silsilah dewa.
Semua dewa mulai hyang Adam sampai ke Tunggal beristri satu yang dilahirkan dari dewa pasangannya.
Mulai kelahiran putra dewa Tunggal, istri istrinya dilahirkan bersama suami suaminya secara kembar.
Kelahirannya cukup unik.
Dari penyatuan Tunggal dan Ikawati lahirlah wujud telur berkilauan.
Cangkang dan selaput menjadi Tejamaya dan Saraswati.
Putih dan albumin menjadi Ismaya dan Kanistren / Srilaksmi.
Kuning dan benih menjadi Manikmaya dan Uma.
Pasangan sejati sudah ditentukan sebelum kelahirannya.
Pasangan sejati adalah monogami,satu suami satu istri dan sebaliknya.
Pasangan sejati tidak memungkinkan selingkuh atau poligami atau poliandri.
Janganlah silsilah kedewaan yang suci dicampur adukan pengertiannya dengan pola pikir keduniawian manusia.
Akibatnya justru akan menyesatkan para manusia itu sendiri dalam menjalani perjalanan rohani ke tempat yang lebih tinggi.
Dewa itu punya kelebihan bisa berubah wujud dan nama.
Misalnya Manikmaya.
Di kahyangan Jonggring Saloka, ia bertangan empat.
Namanya Betara Guru.
Istrinya juga bertangan empat namanya dewi Uma.
Tapi di dunia raksasa ia berwujud raksasa bernama Kala Rudra dan istrinya juga raksasa bernama Durga.
Di dunia manusia ia satria tampan bernama Girinata bertangan dua, istrinya juga seperti manusia bernama Parwati.
Dewa dewa yang lain juga begitu.
Jangan dibilang dewa memiliki banyak istri atau suami apalagi perselingkuhan.
Yang mengenal dunia perselingkuhan dan poligami / poliandri itu dunia manusia dan raksasa.
Saat arjuna memperistri para bidadari, bidadari itu menjelma jadi manusia.
Bukan arjuna yang diruwat jadi dewa.
Dimensi dewa beda dengan dimensi manusia.
Aturan atau hukum fisika juga berlaku di alam dewa.
Demi kelancaran perjalanan rohani, jangan mengikuti cerita metafisika yang tak berdasar hukum fisika.
Selamat menempuh perjalanan rohani, semoga sukses dan sampai pada finish yang tepat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar