Cerita babad tanah jawa yang beredar di masyarakat ada banyak versi.
Tetapi pada intinya mengisahkan tentang asal muasal tanah jawa.
Cerita tampak tidak masuk akal tetapi masuk dalam dunia makhluk
halus dan alam gaib.
Atau dunia roh/nyawa manusia.
Mulai dari nabi Adam sampai kepada raja raja di tanah jawa.
Disini ada kesulitan membedakan antara keturunan Dewa dengan keturunan jin.
Masalahnya banyak jin yang menyaru nama nama dewa.
Hati hati bila belajar metafisika.
Diwaktu Ajisaka menginjakkan kaki di tanah jawa,
waktu itu mendarat di tlatah kerajaan Ratu Jin Srikuning istri dari Jaka Galuh
yang berpusat di gunung Srandil.
Kerajaannya sampai meliputi tanah Banten.
Banten sendiri dibawah kekuasaan Jin Siung Wanara yang merupakan putra
ketiga dari Sri Kuning.
Putra kedua bertahta di Gunung Merapi dan putra sulungnya bertahta di
semenanjung Blambangan(Alas Purwa).
Ajisaka berkelana hingga ke tanah Medang Kamulan.
Prabu Dewata Cengkar ratunya,kerajaan bawahan Blambangan.
Kisah abdi Dora dan Sembada inilah yang menjadi asal muasal
huruf Jawa (ha na ca ra ka).
Sembada di suruh menjaga sebuah pusaka dengan pesan tidak boleh ada
yang mengambil selain Ajisaka sendiri.
Tiba saat pusaka dibutuhkan,Dora diutus mengambil pusakanya.
Sesampai ditempat,Sembada tidak memperbolehkan pusaka diambil.
Karena bukan Ajisaka yang datang.
Singkat cerita mereka berkelahi dan sama sama perlaya.
Hanacaraka = ada utusan
Datasawala = berdebat kata
Padhajayanya = sama sama kuatnya
Magabathanga = sama sama jadi bangkai
Ajisaka sendiri setelah mengalahkan Dewata Cengkar lalu melanjutkan
perjalanan dan berpindah pindah tempat.
Senjata andalannya hanyalah sebuah ikat kepala/penutup rambut.
Penutup rambut inilah yang selalu menemani kemana mana.
Sampai sekarang tidak ada yang menceritakan pemberian siapa
ikat kepala Ajisaka yang sakti itu...
Ada yang menceritakan setelah mengalahkan Dewata Cengkar,Ajisaka lalu
bertahta di Medhang Kamulan bergelar Prabu Widyayaka.
Namun tidaklah bisa seorang manusia bertahta didalam kerajaan jin(Dewata Cengkar-Medhang Kamulan).
Kecuali Ajisaka adalah jin juga.
Dan bila Ajisaka adalah jin maka tidak mungkin ia berkelana ke Tanah Jawa,
karena sesama jin sudah punya aturan main sendiri.
Apalagi jin jin penunggu tanah jawa adalah jin jin yang tua dan sakti.
Seorang pengembara seperti Ajisaka tentulah mendapat perintah,mungkin dari
raja atau guru resi yang memberikan bekal pusaka yang memadai
untuk menakhlukan Tanah jawa...
Yang kenyataannya Tanah Jawa sampai saat ini masih dihuni jin jin yang dulu dikalahkan
Ajisaka...
Hanya saja mereka masih memegang teguh perjanjian yang mereka buat dengan penakhluk mereka(termasuk
para wali sanga).
Dengan mentaati perintah para wali/penakhluk inilah kita sebagai manusia lemah akan dihargai
oleh mereka...
Tetapi pada intinya mengisahkan tentang asal muasal tanah jawa.
Cerita tampak tidak masuk akal tetapi masuk dalam dunia makhluk
halus dan alam gaib.
Atau dunia roh/nyawa manusia.
Mulai dari nabi Adam sampai kepada raja raja di tanah jawa.
Disini ada kesulitan membedakan antara keturunan Dewa dengan keturunan jin.
Masalahnya banyak jin yang menyaru nama nama dewa.
Hati hati bila belajar metafisika.
Diwaktu Ajisaka menginjakkan kaki di tanah jawa,
waktu itu mendarat di tlatah kerajaan Ratu Jin Srikuning istri dari Jaka Galuh
yang berpusat di gunung Srandil.
Kerajaannya sampai meliputi tanah Banten.
Banten sendiri dibawah kekuasaan Jin Siung Wanara yang merupakan putra
ketiga dari Sri Kuning.
Putra kedua bertahta di Gunung Merapi dan putra sulungnya bertahta di
semenanjung Blambangan(Alas Purwa).
Ajisaka berkelana hingga ke tanah Medang Kamulan.
Prabu Dewata Cengkar ratunya,kerajaan bawahan Blambangan.
Kisah abdi Dora dan Sembada inilah yang menjadi asal muasal
huruf Jawa (ha na ca ra ka).
Sembada di suruh menjaga sebuah pusaka dengan pesan tidak boleh ada
yang mengambil selain Ajisaka sendiri.
Tiba saat pusaka dibutuhkan,Dora diutus mengambil pusakanya.
Sesampai ditempat,Sembada tidak memperbolehkan pusaka diambil.
Karena bukan Ajisaka yang datang.
Singkat cerita mereka berkelahi dan sama sama perlaya.
Hanacaraka = ada utusan
Datasawala = berdebat kata
Padhajayanya = sama sama kuatnya
Magabathanga = sama sama jadi bangkai
Ajisaka sendiri setelah mengalahkan Dewata Cengkar lalu melanjutkan
perjalanan dan berpindah pindah tempat.
Senjata andalannya hanyalah sebuah ikat kepala/penutup rambut.
Penutup rambut inilah yang selalu menemani kemana mana.
Sampai sekarang tidak ada yang menceritakan pemberian siapa
ikat kepala Ajisaka yang sakti itu...
Ada yang menceritakan setelah mengalahkan Dewata Cengkar,Ajisaka lalu
bertahta di Medhang Kamulan bergelar Prabu Widyayaka.
Namun tidaklah bisa seorang manusia bertahta didalam kerajaan jin(Dewata Cengkar-Medhang Kamulan).
Kecuali Ajisaka adalah jin juga.
Dan bila Ajisaka adalah jin maka tidak mungkin ia berkelana ke Tanah Jawa,
karena sesama jin sudah punya aturan main sendiri.
Apalagi jin jin penunggu tanah jawa adalah jin jin yang tua dan sakti.
Seorang pengembara seperti Ajisaka tentulah mendapat perintah,mungkin dari
raja atau guru resi yang memberikan bekal pusaka yang memadai
untuk menakhlukan Tanah jawa...
Yang kenyataannya Tanah Jawa sampai saat ini masih dihuni jin jin yang dulu dikalahkan
Ajisaka...
Hanya saja mereka masih memegang teguh perjanjian yang mereka buat dengan penakhluk mereka(termasuk
para wali sanga).
Dengan mentaati perintah para wali/penakhluk inilah kita sebagai manusia lemah akan dihargai
oleh mereka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar