Syahdan dewa trimurti sedang memperebutkan kedudukan masing masing.
Adu argumen dan kesaktian berlangsung bermilyar milyar tahun.
Sampai akhirnya mereka saling mengerti, bahwa dewa tak mengenal kematian.
Tiada yang kalah, tiada yang menang.
Sang Brahma atau Tejamaya / Togog menduduki dua kiblat alam semesta.
Ibarat telur Brahma berkedudukan sebagai cangkang ( kulit keras ) dan kulit ari selaput putih tipis sebelah dalam cangkang.
Yaitu segala penampakan / penciptaan dan ikatan.
Semua yang tampak dan ikatan satu sama lain di alam semesta menjadi wilayah kekuasaan dewa Brahma.
Ini yang disebut dua kiblat milik Brahma.
Dengan kata lain dewa Brahma bertahta pada dua tingkatan langit atau dimensi yang tak bisa dijamah oleh dua saudaranya.
Sang Ismaya atau dewa Wisnu bertahta pada empat kiblat alam semesta.
Yaitu kiblat raga / jasmani, kiblat jalan/laku/metode(jasmani kali arah), kiblat hakikat (jasmani x arah x umur) dan kiblat kesatuan dari ketiganya sebagai kiblat keempat.
Kekuasaan Wisnu juga tak bisa terjamah oleh kedua saudaranya.
Ini yang disebut empat kiblat milik dewa Wisnu.
Tataran tiga dimensi hingga enam dimensi.
Ibarat telur, kekuasaan Ismaya ada pada putih telurnya, bening dan samar sehingga Ismaya dijuluki Semar.
Mungkin pengibaratan telur agak membingungkan antara kata jasmani dan cangkang.
Cangkang adalah penampakan dari telur.
Sebagai penampakan ia belum memiliki jasmani.
Lebih jelasnya dua tingkatan dimensi milik Brahma adalah dimensi satu dan dimensi dua.
Dimensi satu yaitu satu ukuran, misal ukuran panjang.
Dimensi dua yaitu dua ukuran, misal panjang kali lebar.
Sedangkan kiblat milik Ismaya ada pada tiga dimensi (jasmani), empat dimensi (misal jasmani kali waktu), lima dimensi (misal jasmani kali waktu kali energi) dan enam dimensi (misal jasmani x waktu x energi x perubahan).
Manikmaya bertahta pada kiblat ke tujuh alam semesta yaitu : dimensi pangkat 7.
Ibarat telur ia bertahta pada kuningnya atau pusat inti telur, dimana di dalamnya selain menjadi titik pusat telur, ia juga titik pusat metamorfosis hewan bertelur (telur, embrio, anak ayam, ayam remaja, ayam dewasa dan kembali ke telur).
Trimurti bisa diartikan juga tiga dalam satu atau tritunggal.
Penyatuan dari ketiganya menjelma menjadi sosok lain yang berjuluk Sang Hyang Tunggal.
Jika Trimurti ada maka Sang Hyang Tunggal menjadi tiada.
Brahma, Wisnu, Syiwa memiliki kekuasaan sendiri sesuai dimensi masing masing.
Namun jika Trimurti tiada, maka Sang Hyang Tunggal Ada.
Tujuh kiblat alam semesta menjadi kekuasaan Sang Hyang Tunggal.
Semua ada aturannya.
Bagi yang melanggar aturan, tentu ada akibat yang harus ditanggung.
Titah yang mau sowan ke dewa Syiwa harus melalui dulu Brahma dan Wisnu.
Tanpa itu ia tak akan bisa sampai ke kahyangan Betara Syiwa.
Para titah yang hendak sowan ke dewa Wisnu harus melewati dewa Brahma.
Para titah yang hendak sowan ke dewa Brahma cukup ke kahyangan dewa Brahma saja.
Meskipun dewa Trimurti adalah tiga dalam satu.
Tapi perjalanan rohani memiliki aturan baku yang tak bisa diubah oleh siapapun titahnya.
Adakah titah marcapada yang mau sowan ke kahyangan Hyang Tunggal ?...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar