Terlepas dari manusia purbakala penghuni tanah Jawa, bisa jadi kebudayaan Jawa jaman dulu terbawa orang hingga manca negara.
Segala sesuatu mungkin saja terjadi, dewa dewa dan jin kuno tanah Jawa banyak dipuja puja di lain benua.
Lain kata lain bahasa, sosok yang sama bisa lain sebutan dan nama di lain bahasa.
Syahdan putra dewa Ismaya batara Temboro / Patuk, membantu ayahandanya dengan menjelma menjadi manusia bumi.
Jauh sebelum menjadi kerajaan Galuh Pakuan, tempat itu adalah sebuah desa di kaki Gunung Batu.
Di sana dewa Temboro / Temburu jadi manusia bernama Palindriya.
Palindriya kemudian menjadikan desa tersebut sebuah kerajaan bernama Kalingga Dana.
Palindriya menikah dengan seorang putri dari ujung kulon bernama putri Lestari.
Dari pernikahan itu lahir seorang putra yang diberi nama raden Ganajaya.
Ganajaya tak mau menggantikan ayahnya menjadi raja, ia memilih jadi resi / pertapa dengan gelar Resi Gana.
Resi Gana memperistri dua orang kakak beradik bernama dewi Sinta dan dewi Landhep.
Dari perkawinan dengan dewi Sinta berputra raden Sela Wisesa, dengan dewi Landhep berputra raden Radita.