Selasa, 16 Juni 2020
BRAHALA SEWU
Dari arti kata berhala seribu -> seribu macam berhala yang siap memangsa manusia.
Manusia bagaimana yang menjadi mangsa seribu berhala.
Ada baiknya kita kenali dulu 1000 macam berhalanya.
Berhala yang terbuat dari kertas :
Uang, cek, sertifikat, surat, dan dokumen lainnya.
Berhala yang terbuat dari logam :
Perhiasan, emas, platinum, uranium, mobil, senpi, pesawat, kapal laut, sepeda, sepeda motor, patung, bom dan sejenisnya.
Berhala yang terbuat dari batu :
Intan, berlian, giok, keramik, patung, rumah mewah dan semacamnya.
Berhala yang terbuat dari kayu :
Perabot, patung, rumah dll.
Berhala yang terbuat dari kombinasi berhala lain :
Hp berlapis emas, mobil lapis emas / baja dan sebagainya.
Apa beda berhala dengan kebutuhan ?
Berhala itu sebenarnya benda buatan manusia yang nilai gunanya ada dalam pikiran manusia.
Misalnya uang, uang itu terbuat dari kertas.
Nilai guna uang yaitu sebagai alat penukar.
Uang tidak bisa langsung dimakan, karena harus ditukar dulu dengan makanan.
Kebutuhan : seperti makanan, minuman, udara, ekskresi, sekresi, tidur dll.
Lebih jelas lagi, kebutuhan berlaku / berjalan dalam keadaan sadar dan tak sadar, bila tak dilakukan orang akan mati.
Berhala berlaku hanya dalam keadaan sadar, dilakukan atau tidak orang tetap hidup.
Dalam keadaan tak sadar, berhala tak berlaku lagi.
Benarkah brahala sewu itu wujud Krisna dalam triwikrama ?
Triwikrama adalah ajian untuk menyatukan tiga bagian menjadi satu bagian guna menyelesaikan masalah yang tak bisa diatasi oleh masing masing bagian.
Brahala sewu adalah wujud dari kemarahan titisan Wisnu.
Hewan dan tumbuhan yang tak butuh berhala, tak membuat Wisnu marah, sehingga mereka tak menemukan, uang permata dan gadget.
Manusia hampir tiap hari bertemu berhala karena amarah dewa Wisnu.
Menyembah berhala akan semakin membuat dewa Wisnu marah dan berhala akan semakin membesar dan merusak...
Sabtu, 13 Juni 2020
PASANGAN SEJATI
Di kisah lahirnya Togog, Semar dan Guru telah dibahas tentang Triloka.
Namun masih kurang lengkap jika tak membahas istri istrinya.
Dalam memayu hayuning bawana telah dibahas silsilah dewa.
Semua dewa mulai hyang Adam sampai ke Tunggal beristri satu yang dilahirkan dari dewa pasangannya.
Mulai kelahiran putra dewa Tunggal, istri istrinya dilahirkan bersama suami suaminya secara kembar.
Kelahirannya cukup unik.
Dari penyatuan Tunggal dan Ikawati lahirlah wujud telur berkilauan.
Cangkang dan selaput menjadi Tejamaya dan Saraswati.
Putih dan albumin menjadi Ismaya dan Kanistren / Srilaksmi.
Kuning dan benih menjadi Manikmaya dan Uma.
Pasangan sejati sudah ditentukan sebelum kelahirannya.
Pasangan sejati adalah monogami,satu suami satu istri dan sebaliknya.
Pasangan sejati tidak memungkinkan selingkuh atau poligami atau poliandri.
Janganlah silsilah kedewaan yang suci dicampur adukan pengertiannya dengan pola pikir keduniawian manusia.
Akibatnya justru akan menyesatkan para manusia itu sendiri dalam menjalani perjalanan rohani ke tempat yang lebih tinggi.
Dewa itu punya kelebihan bisa berubah wujud dan nama.
Misalnya Manikmaya.
Di kahyangan Jonggring Saloka, ia bertangan empat.
Namanya Betara Guru.
Istrinya juga bertangan empat namanya dewi Uma.
Tapi di dunia raksasa ia berwujud raksasa bernama Kala Rudra dan istrinya juga raksasa bernama Durga.
Di dunia manusia ia satria tampan bernama Girinata bertangan dua, istrinya juga seperti manusia bernama Parwati.
Dewa dewa yang lain juga begitu.
Jangan dibilang dewa memiliki banyak istri atau suami apalagi perselingkuhan.
Yang mengenal dunia perselingkuhan dan poligami / poliandri itu dunia manusia dan raksasa.
Saat arjuna memperistri para bidadari, bidadari itu menjelma jadi manusia.
Bukan arjuna yang diruwat jadi dewa.
Dimensi dewa beda dengan dimensi manusia.
Aturan atau hukum fisika juga berlaku di alam dewa.
Demi kelancaran perjalanan rohani, jangan mengikuti cerita metafisika yang tak berdasar hukum fisika.
Selamat menempuh perjalanan rohani, semoga sukses dan sampai pada finish yang tepat...
Jumat, 12 Juni 2020
MEMAYU HAYUNING BAWANA
Memayu = mempercantik.
Hayuning = kecantikan.
Bawana = buana / bumi.
Dewa penjaga bumi = Hyang Antaboga.
Hewan penjaga bumi = Naga bumi.
Cerita wayang mengatakan bahwa wayang pertama adalah hyang Adam.
Wayang kedua batari Hawa.
Wayang ketiga putra hyang Adam ( hyang Sis / Esis ).
Wayang keempat istri hyang Sis ( dewi Mulat ).
Wayang kelima putra hyang Sis ( Nurcahya ).
Wayang keenam istri hyang Nurcahya ( dewi Punang ).
Wayang ketujuh hyang Nurasa.
Wayang kedelapan istri hyang Nurasa ( dewi Saji ).
Wayang kesembilan putra hyang Nurasa ( hyang Wenang ).
Wayang kesepuluh istri hyang Wenang ( dewi Wening ).
Wayang kesebelas putra hyang Wenang ( hyang Tunggal ).
Wayang keduabelas istri hyang Tunggal ( dewi Ikawati ).
Inilah silsilah wayang garis dewa istimewa.
Kenapa istimewa ?
Harap diketahui bahwa mulai hyang Adam, setelah putranya lahir, mereka manunggal dengan anaknya.
Artinya mereka hidup dialam kedewatan yang ada digua garba putranya.
Jadi tidak ada putra kedua atau putri kedua.
Begitu juga dengan garis turun istri.
Istri manjing ke gua garba istri para putra.
Istri bukan lahir dari silsilah lain tapi dari keistimewaan hyang Adam melahirkan dewi Hawa.
Keistimewaan ini juga dimiliki putranya dalam melahirkan istrinya.
Begitu yang terjadi sampai pada hyang Tunggal.
Hyang Wenang yang menyatu dalam tubuh hyang Tunggal.
Maka istri yang Wenang juga manjing ke tubuh istri hyang Tunggal.
Dewi Ikawati juga dilahirkan oleh hyang Tunggal.
Sama persis seperti dewi Hawa dilahirkan oleh hyang Adam.
Mohon maaf, harap jangan disamakan dan jangan dicampur adukkan antara garis wayang silsilah dewa dengan silsilah manusia atau jin.
Yang dimaksud hyang Adam dan dewi Hawa adalah asal usul dewa yang terlahir dari
sangkan paraning dumadi, bukan manusia atau jin.
Dewa berbeda dengan jin dan tak mungkin dewa kawin dengan jin atau jin kawin dengan dewa.
Yang ada adalah dewa turun dikutuk jadi jin, jika ada jin naik kasta jadi dewa maka harus ada petugas yang meruwat jin tersebut menjadi dewa.
Jika tidak maka yang terjadi dewa kena kutuk jadi jin baru bisa mereka kawin di alam jin.
Atau jin diruwat jadi dewa baru bisa mereka kawin di alam dewa.
Dewa dilevel hyang Tunggal ke atas hanya ada satu.
Didalam hyang Tunggal ada hyang Wenang hingga hyang Adam.
Rabu, 10 Juni 2020
AJI TRIWIKRAMA
MANTRA :
Niat ingsun matak aji triwikrama.
Sedulur telu manunggal nyawiji.
Bali menyang asale.
Asal saka ana dadi ana.
Asal ora ana dadi ora ana.
Tan ana liyane kajaba mung siji.
Siji wujud.
Sukma raga tanpa beda.
Nyawiji dadi sanghyang tunggal.
LAKU :
Tri = tiga, wikrama = langkah / nikah.
Triwikrama = tiga langkah / perkawinan tiga dalam satu.
Sanghyang Tunggal membagi diri menjadi tiga : Tejamaya, Ismaya, Manikmaya.
Tejamaya menitis jadi manusia dibumi bernama Togog / Antaga.
Ismaya menitis jadi manusia menjadi Semar.
Manikmaya menjadi pemimpin para dewa di Suralaya.
Setelah menjalankan dharma masing masing.
Punya istri dan keturunan.
Ketiganya masih bisa manunggal kembali dengan aji triwikrama.
Dalam cerita India ketiga tokoh ini dikenal dengan Brahma, Wisnu dan Syiwa.
Tejamaya = Brahma, Wisnu = Ismaya, Syiwa = Manikmaya.
Dalam pewayangan Jawa, nama Wisnu adalah nama dewa putra dari Manikmaya dengan dewi Umayi.
Dapat disimpulkan bahwa Wisnu putra Manikmaya adalah reinkarnasi / titisan Ismaya.
Tiga dewa utama inilah pemilik sejati aji triwikrama.
Aji triwikrama dilakukan jika salah satu dewa menemui kesulitan atau masalah yang tak bisa diatasi sendiri.
Ketika titisan Wisnu Arjuna Sasrabahu kesulitan menaklukan Rahwana ia pernah bertriwikrama.
Triwikrama digambarkan dengan wujud raksasa maha besar dan maha sakti.
Ketka titisan Wisnu bernama Krisna menjadi duta pandawa di Hastinapura juga pernah bertriwikrama.
Wisnu yang sedang berwujud manusia bertriwikrama, artinya seluruh alam yang satu ini diproyeksikan
dalam wujud wadag seperti raga manusia tapi berisi seluruh kekuatan alam semesta yang ada ke satu raga.
Itulah gambaran aji triwikrama.
Yang dapat melakukan hanya manusia titisan Tejamaya atau Ismaya atau Manikmaya.
Karena Manikmaya tak menitis jadi manusia maka triwikrama dalam proyeksi wujud manusia tinggal milik titisan Tejamaya / Brahma dan Ismaya / Wisnu...
Selasa, 09 Juni 2020
HASTA BRATA
Hasta = delapan, Brata = laku / jalan.
Hasta brata bertujuan agar manusia lebih mengenal alam sekitarnya.
Alam sekitarlah yang memberi kehidupan bagi penghuninya.
Saling membutuhkan dan saling ketergantungan satu sama lain tak bisa tercerai berai.
Bila ada satu penghuni alam sakit maka sesungguhnya sakitlah semuanya.
Hal ini harus benar benar disadari agar alam tidak rusak dan berakhir kiamat.
Bila mencari makan, janganlah mengotori udara.
Karena percuma bisa makan tapi tak bisa bernafas.
Bila membersihkan udara, janganlah mencemari air.
Karena percuma bisa bernafas tapi tak bisa minum.
Bila membutuhkan air, janganlah merusak sumbernya.
Karena percuma hari ini bisa minum tapi hari depan tidak.
Bila butuh makan janganlah merusak tanaman.
Karena percuma hari ini bisa makan tapi esok sumber makanan habis.
Itu sekedar beberapa contoh saling ketergantungan satu sama lain.
Delapan jalan itu adalah :
Laku Bantala
Bantala dalam bahasa Indonesia berarti bumi.
Manusia hidup dibumi.
Maka sudah seharusnya sadar bahwa bumi bagaikan ibu yang sedang mengandung bagi bayi dalam kandungan.
Bayi didalam perut tak akan pernah tahu bahwa apa apa yang diperbuatnya dan apa pengaruhnya bagi sang ibu.
Diberi tahupun percuma karena sang bayi tak mau tahu.
Jadi janganlah memberi tahu orang yang tak mau tahu.
Artinya jangan mengajari bayi dalam kandungan tapi jagalah ibunya agar tetap sehat.
Laku Langit
Yang dimaksud langit di hasta brata bukan lapisan udara / atmosfir, tapi angkasa di atas sana yang memberi naungan dan hujan.
Artinya seperti udara / air yang mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Agar pergerakan selalu ada.
Laku Surya
Surya atau matahari adalah pembuat gelap menjadi terang.
Laku Samudra
Samudra adalah penampung dari air sungai yang mengalir.
Kalau sungai tidak ditampung di samudra atau terhalang sesuatu, maka akan terjadi banjir.
Sebesar apapun sungai mengalir, samudra akan siap menampungnya.
Laku Candra
Candra adalah bulan.
Mulai dari bulan sabit, purnama, bulan baru, gerhana bulan atau bulan ndadari semua teratur rapi.
Laku Kartika
Dalam bahasa Indonesia disebut bintang.
Menjadi petunjuk arah dan musim.
Laku Maruta
Maruta adalah angin.
Sejuk dan memberi hidup.
Dasyat dan membinasakan.
Manusia tentu menyukai yang sejuk dan memberi hidup.
Laku Agni
Agni adalah api.
Untuk memasak dan memberi kehangatan.
Untuk merusak dan membakar.
Tergantung untuk apa ia digunakan maka dosis disesuaikan...
Langganan:
Postingan (Atom)