Minggu, 07 Juni 2020

AJI NARANTAKA

Ajian ini juga dimiliki oleh resi Gotama dan keturunannya.
Hanya saja tidak diajarkan kepada sembarang orang.
Aji narantaka dipopulerkan oleh Gatotkaca dalam medan perang baratayuda di kuru setra.
Saat bala tentara pandawa porak poranda diterjang amukan raden Dursala dengan aji gineng soka weda,
Gatotkaca berusaha meredam ajian gineng sokaweda.
Gatotkaca kalah dan tak berdaya terkena ajian Dursala.
Anoman yang mengetahui hal tersebut segera menolongnya.
Dibawanya tubuh Gatotkaca ke angkasa.
Di atas awan putih bernama megantara Gatotkaca yang tak sadarkan diri diobati dengan minyak rekamaya.
Setelah sadar Gatotkaca diberi ilmu berupa ajian narantaka untuk melawan aji gineng sokaweda.
Keampuhan aji narantaka yaitu apa yang terkena pukulan atau tendangan akan hancur berkeping keping.
Ajian ini terlalu sulit dipelajari karena lakunya harus duduk diatas awan.
Kita ketahui Anoman dan resi Gotama bisa menguasai ajian ini karena bisa terbang.
Selain Gatotkaca ajian ini juga dikuasai oleh anak anak Gatotkaca diantaranya raden Sasi Kirana Megantara ( dengan Pergiwa ), raden
Suryakaca ( dengan dewi Suryawati ) dan raden Jaya Sumpena ( dengan dewi Sempani ).
Ketiga anak Gatotkaca yang bersahabat dengan awan megantara hanya Sasi Kirana.
Nama megantara diambil sebagai namanya.
Narantaka berasal dari kata nara antaka yang berarti jalan kematian.
Ajian ini tanpa mantra, membuat laku untuk mendapat ajian ini cukup sulit.
Duduk diatas awan sambil copy paste ilmu dari penguasa aji sebelumnya.
Mungkin bagi yang tak menguasai aji mabur, untuk mendapat ajian ini harus bertapa diatas gunung tinggi yang berselimut awan.
Bertapa sambil memanggil dengan hikmat sukma tokoh tokoh sakti pemilik ajian ini 
( Gotama, Anoman, Gatotkaca dan para pemilik lainnya ).
Siapa tahu cara ini berhasil...





AJI GINENG SOKA WEDA

Aji gineng soka wedha merupakan salah satu aji keluarga resi Gotama dari pertapaan Bandar Bandarata.
Menurut arti kata, gineng dari kata giri meneng yang artinya gunung diam.
Soka = prihatin, wedha = ilmu atau aturan.
Kira kira bermakna diamnya gunung sedang prihatin menuntut ilmu.
Saat resi Gotama menggunakan aji gineng soka weda maka berat tubuhnya menjadi seberat gunung, kerasnya sekeras gunung.
Bila bergerak dan menimpa musuh, musuhnya akan lumat dan binasa.
Aji ini diwariskan pula kepada Anjani, Gowarsa dan Gowarsi.
Setelah kisah cupu manik astagina.
Gowarsa menjadi Sugriwa, Gowarsi menjadi Subali.
Dari Anjani diwariskan kepada Anoman.
Dari Subali diwariskan kepada Rahwana dan Jaya Anggada.
Dari Rahwana ajian ini diberikan kepada siapa saja yang mau tunduk padanya.
Banyak kesatria tunduk dan berguru pada Rahwana.
Tak heran banyak satria menguasai ajian ini walau berwatak durangkara.
Dursala ( putra Dursasana dengan Sartini ) berniat menuntut ilmu agar nanti meraih kemenangan saat perang baratayuda.
Bertapalah ia digrojogan sewu lereng gunung lawu.
Pada hari ketigapuluh sembilan dalam pertapaannya, datanglah roh Rahwana memberikan ajian gineng soka weda.
Mantra : "Sun matak ajiku gineng soka weda, ingsun manjing sak jeroning gunung lawu. 
Gunung lumebet aneng angganingsun.
Gunung lawu lan ingsun tanpa beda.
Ingsun obah sira obah ingsun meneng sira meneng.
Datan ginggang yen durung isun bali menyang garbaningsun".
Pantangan : Tak boleh digunakan saat datangnya wuku.
Tak boleh bicara saat aji digunakan.
Pada hari keempat puluh ia sudah perbolehkan mengakhiri tapanya oleh roh Rahwana.
Dursala jarang atau hampir tak pernah menggunakan ajian ini.
Ia bertekad bikin surprise dalam perang besar baratayuda...

Gambar diambil dari google

Sabtu, 06 Juni 2020

KACA BENGGALA

Mungkinkah ada kaitan dengan bengal di India atau Bangladesh ?
Kalau sapi benggala mungkin sapi yang berasal dari bengal.
Namun sebuah kaca yang dapat mengirim gambar dari jarak jauh pada jaman dahulu tidak hanya ada di bengal.
Pada kisah cermin ajaib di eropa juga mirip kisah kaca benggala.
Di tanah jawa ada ajian yang mirip kaca benggala, namanya aji gambar lopian.
Sebuah ilmu jawa kuno yang sekarang diadopsi oleh tekhnologi menjadi video call, GPS, youtube, siaran live dan lain lain.
Canggih mana kaca benggala atau aji gambar lopian ?
Kelebihan kaca benggala :
Dapat mentransfer gambar dan posisi sasaran.
Kekurangan kaca benggala :
Tak dapat mentranfer suara.
Tak dapat mentranfer benda lain selain sasaran.
Tak dapat mentranfer balik posisi dan gambar lawan sasaran.
Dapat hilang atau dicuri orang.
Dan masih banyak lagi kelemahan lain.
Sedangkan aji gambar lopian dari jawa memiliki banyak kelebihan.
Selain ilmu ini melekat pada rohani, ilmu ini bisa dikombinasikan dengan berbagai ilmu lain.
Kaca benggala di pewayangan dimiliki oleh raden Wibisana dari alengka dan Prabu Kresna dari Dwarawati.
Keduanya juga memiliki aji gambar lopian.
Kaca benggala milik Wibisana berguna saat kelahiran dewi Sinta.
Kaca benggalanya berupa kaca bersusun tiga mirip periskop atau teleskop.
Biasa digunakan untuk melihat keadaan luar istana dari balik tembok.
Kaca benggala berubah menjadi raden Trikaca, Trisirah dan Trinetra oleh kesaktian Wibisana.
Kaca menjadi Trikaca, bingkai menjadi Trisirah, lapisan mengkilapnya jadi Trinetra.
Sedangkan mega mega yang tergambar pada kaca benggala berubah menjadi raden Indrajid Megananda.
Sinta yang lahir dari rahim dewi Tari dihanyutkan ke sungai Mahaweliganga.
Sinta ditemukan oleh Raja Janaka dan diangkat sebagai anaknya.
Indrajid, Trikaca, Trisirah, Trinetra menjadi anak Dasamuka diakui oleh dewi Tari istri Dasamuka.
Pada jaman now, menitisnya kaca benggala menjadi gadged, tentu tak lepas dengan menitisnya putra putra alengka.
Huru hara yang diakibatkan dari gadged, menjadi tugas para satria titisan Rama, Laksamana, Wibisana, Hanoman dan lain lain untuk mengatasinya...







Jumat, 05 Juni 2020

SANGKAN PARANING DUMADI



Kalau sastra jendra hayuningrat dikhususkan lewat daya upaya pendakian tataran batin, maka sangkan paraning dumadi melalui penyelidikan asal muasal segala kejadian.
Telah kita ketahui bersama bahwa asal muasal dari segala kejadian adalah nol ( 0 ) dan tak hingga ( ~ ).
Otomatis perjalanan batin kita kali ini menuju ke nol dan tak hingga.
Kita ambil start dari batin kita yang berisi seorang kesatria pandawa bernama Bimasena.
Jalan pertama adalah menuju asal muasal kejadian yang bersumber dari (~) atau alam KETUHANAN.
Jalan ini akan ditempuh oleh semua manusia seusai hidup didunia dan dimulai dari alam kubur.
Memang benar setelah menempuh perjalanan di alam dunia / jasmani, rohani akan mengalami titik balik dari arah perbuatan yang pernah dilakukan.
Yaitu menikmati hasil hasil perbuatan dimasa lalu atau rohani menerima akibat dari segala perbuatan tak terkecuali.
Sekecil apapun perbuatan yang pernah dilakukan ke arah luar tubuh, perbuatan itu akan berbalik arah menuju dalam tubuh.
Bagaimana menempuh perjalanan menuju Tuhan (~) dengan arah terbalik ?
Yang semula meninju orang lain, sekarang ditinju orang lain.
Yang semula memberi orang lain, sekarang diberi orang lain.
Begitulah perumpamaanya.
Bimasena tak mau menunggu hancur badan dikandung tanah, tapi mencari guru yang dapat membimbing menuju sangkan paraning dumadi saat raga masih hidup didunia.
Sesuai petunjuk sang guru jasmani, raga Bimasena masuk samudra mencari tirta kehidupan.
Namun sebenarnya yang terjadi adalah Bimasena berpindah alam dari alam sadar menuju alam luar sadar.
Atau dari alam jasmani ke alam rohani.
Di alam rohani ini, perjalanan dari satu tempat ke tempat lain berkecepatan cahaya ke atas atau seluruh kegiatan rohani berkecepatan lebih dari sama dengan kecepatan cahaya ( v = c atau v > c ).
Antara sadar dan tidak sadar Bimasena bertemu Dewa Ruci, dewa mirip Bima tapi kecil.
Yang sejatinya Dewa Ruci adalah roh suci bima sendiri.
Perjalanan rohani berlanjut dengan masuknya Bima ke gua garba Dewa Ruci.
Di alam ruh, Bima berjumpa dengan cahaya tujuh warna.
Pertama Bima bertemu cahaya merah.
Inilah nafsu terendah yang harus mampu dilewati agar dapat meneruskan perjalanan.
Cahaya merah sebagai lambang nafsu amarah, sombong, takabur, angkara murka dan sejenisnya.
Tanpa dapat melewati cahaya pertama, tak mungkin mampu melewati etape berikutnya.
Etape kedua Bima bertemu cahaya jingga.
Cahaya jingga melambangkan nafsu Al luwamah.
Nafsu yang berubah ubah dari iri, dengki, ambisi, ingin lebih, ingin kurang dan sebagainya.
Etape ketiga Bima bertemu cahaya kuning.
Cahaya kuning melambangkan nafsu muthma'inah.
Nafsu muthma'inah adalah nafsu yang sudah mulai tenang.
Inilah standar nafsu yang harus dicapai agar roh hidup dalam tenang dan damai.
Perjalanan masih jauh untuk mencapai finish di alam (~) tak hingga.
Masih ada empat etape lagi.
Etape selanjutnya cahaya hijau.
Cahaya yang melambangkan nafsu rodhiyah.
Nafsu yang damai tenang sekaligus mendamaikan dan menenangkan.
Etape selanjutnya hamparan cahaya biru.
Melambangkan nafsu mardhiyah.
Nafsu mulia yang mendamaikan, menenangkan dan memiliki kemampuan membimbing nafsu lain menuju nafsu setingkat dibawahnya.
Etape selanjutnya hamparan cahaya nila.
Melambangkan nafsu sufiyah.
Nafsu yang mulia yang dapat menghantar nafsu lain menuju nafsu mardhiyah.
Etape terakhir yaitu hamparan cahaya ungu.
Melambangkan nafsu kamilah.
Yaitu nafsu yang telah sempurna.
Nafsu inilah yang sampai fisnish di alam KETUHANAN.
Di antara berjuta nafsu kamilah, ada sesosok nafsu kamilah yang diberi tugas untuk menyempurnakan nafsu nafsu lain agar sanggup menempuh perjalanan hingga finish di alam (~) tak hingga atau alam KETUHANAN.
Nafsu inilah yang membimbing roh Bima mengarungi perjalanan menuju sangkan paraning dumadi menuju hadirat Tuhan.
Tanpa bimbingan sesosok nafsu kamilah yang diberi tugas, tak ada nafsu yang sanggup menjalani sangkan paraning dumadi di jalan ini.
Lalu bagaimana jalan sangkan paraning dumadi menuju nol ?
Bima tersadar kembali ke alam dunianya.
Dimana ia seorang kesatria yang wajib menjalani tugas seorang kesatria.
Darma seorang satria yang harus mau dan tunduk pada roh sucinnya.
Dengan tuduknya jasmani Bima kepada roh sucinya yang telah sampai pada finish yang benar, 
ia telah berjalan diatas keseimbangan (keharmonisan) hubungan seluruh alam.
Artinya setiap tindak tanduknya selalu berdasar atau mengalami keseimbangan diri pribadi.
Bumi berputar menjalani keseimbangan.
Matahari berputar menjalani keseimbangan.
Udara bergerak menjalani keseimbangan.
Semua makhluk bergerak menjalani keseimbangan.
Dalam keseimbangan hakiki inilah semua makhluk bernilai nol tanpa terkecuali.
Dengan demikian tuntas sudah perjalanan mencari sangkan paraning dumadi lahir (0) dan batin (~)...







Kamis, 04 Juni 2020

SASTRA JENDRA HAYUNINGRAT

Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu atau Driya.
Menurut arti kata :
Sastra : Kalimat atau kata kata baik tulisan atau lisan.
Jendra : Jajar Indra atau terdeteksi / terejawantah oleh indra.
Hayuningrat : Kecantikan pemimpin tinggi.
Pangruwat : Perubah.
Diyu / Driya : Diri.
Dari arti kata dapat disimpulkan sendiri apa makna yang terkandung didalamnya.
Khusus bagi para pencari jati diri :
Sastra yang dimaksud bukanlah tulisan yang ada dibuku kitab atau yang dibacakan oleh mulut.
Sastra yang dimaksud adalah sebuah tingkatan batin tingkat tinggi yang sudah mampu merubah watak batin diri maupun watak batin orang lain.
Bukan main tingginya ilmu ini.
Tingkatan batin yang mampu merubah watak batin ?
Bagaimana cara menggapainya ?
Para pencari jatidiri tentu sudah paham akan laku laku yang harus ditempuh dan hasil maksimal yang tercapai.
Hasil yang maksimal para pencari jatidiri adalah nol atau kosong.
Apakah berarti sastra jendra hayuningrat adalah kekuatan yang mampu mengkosongkan diri bagi para pencapainya ?
Kalau iya, maka kekuatan sastra jendra hayuningrat setara dengan tak terhingga atau ia berada di alam keTuhanan.
Sesuai rumus apa saja bagi tak hingga adalah nol ( a : ~ = 0 ).
Perjalanan atau merubah batin dari ada ke tiada bukanlah hal yang mudah.
Meskipun banyak cara telah diriset tapi hasil maksimal masih dipertanyakan.
Darimana mengetahui bahwa diri telah tiada ?
Cara alami yang pasti ditempuh adalah bertemu Tuhan.
Tapi cara pasti ini bukanlah satu satunya cara untuk mengenolkan diri.
Bagi mereka yang tak pernah mempelajari atau introspeksi diri dengan benar, sudah tentu hasilnya akan bermacam macam karena belum nol.
Ada satria yang berubah jadi raksasa, ada raksasa yang berubah jadi satria, ada manusia yang berubah jadi hewan dan macam macam perubahan yang tak berhingga banyak.
Menurut hukum Newton, tentang aksi reaksi ( a - a = 0 ) akan berarti a = aksi dan -a =  reaksi /aksi berlawanan arah.
Disini proses pengenolan diri adalah menuai apa yang telah ditabur.
Dalam bahasa wayang disebut karma atau ngundhuh wohing panggawe.
Ada lagi cara pertemuan dengan batin seorang yang telah nol.
Bahasa ilmiahnya ( a x 0 = 0 ).
Ini mungkin cara termudah untuk dilakukan.
Dengan batin diri dimasuki oleh batin seorang yang sudah nol maka batin kita akan ikut jadi nol tanpa kita pernah tahu.
Inilah mengapa Sri Krisna bereinkarnasi berkali kali turun ke dunia untuk membawa batin para umat kedalam keenolan diri.
Alasan utamanya adalah tiada seorangpun di dunia yang sanggup merubah batin diri.
Bahkan seorang nabipun punya Guru yang telah mengenolkan batin dirinya.
Sedangkan seorang yang batin diri telah bertemu dengan orang yang punya batin diri nol, wajib hukumnya untuk bertemu dengan batin batin yang belum nol.
Dengan kata lain seorang yang telah bertemu Sri Krisna, berkewajiban untuk mangajak batin batin lain untuk bertemu Sri Krisna.
Terlepas yang diajak mau atau tidak, yang penting kewajiban mengajak sudah dilaksanakan.
Semoga bermanfaat...