Jumat, 05 Juni 2020

SANGKAN PARANING DUMADI



Kalau sastra jendra hayuningrat dikhususkan lewat daya upaya pendakian tataran batin, maka sangkan paraning dumadi melalui penyelidikan asal muasal segala kejadian.
Telah kita ketahui bersama bahwa asal muasal dari segala kejadian adalah nol ( 0 ) dan tak hingga ( ~ ).
Otomatis perjalanan batin kita kali ini menuju ke nol dan tak hingga.
Kita ambil start dari batin kita yang berisi seorang kesatria pandawa bernama Bimasena.
Jalan pertama adalah menuju asal muasal kejadian yang bersumber dari (~) atau alam KETUHANAN.
Jalan ini akan ditempuh oleh semua manusia seusai hidup didunia dan dimulai dari alam kubur.
Memang benar setelah menempuh perjalanan di alam dunia / jasmani, rohani akan mengalami titik balik dari arah perbuatan yang pernah dilakukan.
Yaitu menikmati hasil hasil perbuatan dimasa lalu atau rohani menerima akibat dari segala perbuatan tak terkecuali.
Sekecil apapun perbuatan yang pernah dilakukan ke arah luar tubuh, perbuatan itu akan berbalik arah menuju dalam tubuh.
Bagaimana menempuh perjalanan menuju Tuhan (~) dengan arah terbalik ?
Yang semula meninju orang lain, sekarang ditinju orang lain.
Yang semula memberi orang lain, sekarang diberi orang lain.
Begitulah perumpamaanya.
Bimasena tak mau menunggu hancur badan dikandung tanah, tapi mencari guru yang dapat membimbing menuju sangkan paraning dumadi saat raga masih hidup didunia.
Sesuai petunjuk sang guru jasmani, raga Bimasena masuk samudra mencari tirta kehidupan.
Namun sebenarnya yang terjadi adalah Bimasena berpindah alam dari alam sadar menuju alam luar sadar.
Atau dari alam jasmani ke alam rohani.
Di alam rohani ini, perjalanan dari satu tempat ke tempat lain berkecepatan cahaya ke atas atau seluruh kegiatan rohani berkecepatan lebih dari sama dengan kecepatan cahaya ( v = c atau v > c ).
Antara sadar dan tidak sadar Bimasena bertemu Dewa Ruci, dewa mirip Bima tapi kecil.
Yang sejatinya Dewa Ruci adalah roh suci bima sendiri.
Perjalanan rohani berlanjut dengan masuknya Bima ke gua garba Dewa Ruci.
Di alam ruh, Bima berjumpa dengan cahaya tujuh warna.
Pertama Bima bertemu cahaya merah.
Inilah nafsu terendah yang harus mampu dilewati agar dapat meneruskan perjalanan.
Cahaya merah sebagai lambang nafsu amarah, sombong, takabur, angkara murka dan sejenisnya.
Tanpa dapat melewati cahaya pertama, tak mungkin mampu melewati etape berikutnya.
Etape kedua Bima bertemu cahaya jingga.
Cahaya jingga melambangkan nafsu Al luwamah.
Nafsu yang berubah ubah dari iri, dengki, ambisi, ingin lebih, ingin kurang dan sebagainya.
Etape ketiga Bima bertemu cahaya kuning.
Cahaya kuning melambangkan nafsu muthma'inah.
Nafsu muthma'inah adalah nafsu yang sudah mulai tenang.
Inilah standar nafsu yang harus dicapai agar roh hidup dalam tenang dan damai.
Perjalanan masih jauh untuk mencapai finish di alam (~) tak hingga.
Masih ada empat etape lagi.
Etape selanjutnya cahaya hijau.
Cahaya yang melambangkan nafsu rodhiyah.
Nafsu yang damai tenang sekaligus mendamaikan dan menenangkan.
Etape selanjutnya hamparan cahaya biru.
Melambangkan nafsu mardhiyah.
Nafsu mulia yang mendamaikan, menenangkan dan memiliki kemampuan membimbing nafsu lain menuju nafsu setingkat dibawahnya.
Etape selanjutnya hamparan cahaya nila.
Melambangkan nafsu sufiyah.
Nafsu yang mulia yang dapat menghantar nafsu lain menuju nafsu mardhiyah.
Etape terakhir yaitu hamparan cahaya ungu.
Melambangkan nafsu kamilah.
Yaitu nafsu yang telah sempurna.
Nafsu inilah yang sampai fisnish di alam KETUHANAN.
Di antara berjuta nafsu kamilah, ada sesosok nafsu kamilah yang diberi tugas untuk menyempurnakan nafsu nafsu lain agar sanggup menempuh perjalanan hingga finish di alam (~) tak hingga atau alam KETUHANAN.
Nafsu inilah yang membimbing roh Bima mengarungi perjalanan menuju sangkan paraning dumadi menuju hadirat Tuhan.
Tanpa bimbingan sesosok nafsu kamilah yang diberi tugas, tak ada nafsu yang sanggup menjalani sangkan paraning dumadi di jalan ini.
Lalu bagaimana jalan sangkan paraning dumadi menuju nol ?
Bima tersadar kembali ke alam dunianya.
Dimana ia seorang kesatria yang wajib menjalani tugas seorang kesatria.
Darma seorang satria yang harus mau dan tunduk pada roh sucinnya.
Dengan tuduknya jasmani Bima kepada roh sucinya yang telah sampai pada finish yang benar, 
ia telah berjalan diatas keseimbangan (keharmonisan) hubungan seluruh alam.
Artinya setiap tindak tanduknya selalu berdasar atau mengalami keseimbangan diri pribadi.
Bumi berputar menjalani keseimbangan.
Matahari berputar menjalani keseimbangan.
Udara bergerak menjalani keseimbangan.
Semua makhluk bergerak menjalani keseimbangan.
Dalam keseimbangan hakiki inilah semua makhluk bernilai nol tanpa terkecuali.
Dengan demikian tuntas sudah perjalanan mencari sangkan paraning dumadi lahir (0) dan batin (~)...







Kamis, 04 Juni 2020

SASTRA JENDRA HAYUNINGRAT

Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu atau Driya.
Menurut arti kata :
Sastra : Kalimat atau kata kata baik tulisan atau lisan.
Jendra : Jajar Indra atau terdeteksi / terejawantah oleh indra.
Hayuningrat : Kecantikan pemimpin tinggi.
Pangruwat : Perubah.
Diyu / Driya : Diri.
Dari arti kata dapat disimpulkan sendiri apa makna yang terkandung didalamnya.
Khusus bagi para pencari jati diri :
Sastra yang dimaksud bukanlah tulisan yang ada dibuku kitab atau yang dibacakan oleh mulut.
Sastra yang dimaksud adalah sebuah tingkatan batin tingkat tinggi yang sudah mampu merubah watak batin diri maupun watak batin orang lain.
Bukan main tingginya ilmu ini.
Tingkatan batin yang mampu merubah watak batin ?
Bagaimana cara menggapainya ?
Para pencari jatidiri tentu sudah paham akan laku laku yang harus ditempuh dan hasil maksimal yang tercapai.
Hasil yang maksimal para pencari jatidiri adalah nol atau kosong.
Apakah berarti sastra jendra hayuningrat adalah kekuatan yang mampu mengkosongkan diri bagi para pencapainya ?
Kalau iya, maka kekuatan sastra jendra hayuningrat setara dengan tak terhingga atau ia berada di alam keTuhanan.
Sesuai rumus apa saja bagi tak hingga adalah nol ( a : ~ = 0 ).
Perjalanan atau merubah batin dari ada ke tiada bukanlah hal yang mudah.
Meskipun banyak cara telah diriset tapi hasil maksimal masih dipertanyakan.
Darimana mengetahui bahwa diri telah tiada ?
Cara alami yang pasti ditempuh adalah bertemu Tuhan.
Tapi cara pasti ini bukanlah satu satunya cara untuk mengenolkan diri.
Bagi mereka yang tak pernah mempelajari atau introspeksi diri dengan benar, sudah tentu hasilnya akan bermacam macam karena belum nol.
Ada satria yang berubah jadi raksasa, ada raksasa yang berubah jadi satria, ada manusia yang berubah jadi hewan dan macam macam perubahan yang tak berhingga banyak.
Menurut hukum Newton, tentang aksi reaksi ( a - a = 0 ) akan berarti a = aksi dan -a =  reaksi /aksi berlawanan arah.
Disini proses pengenolan diri adalah menuai apa yang telah ditabur.
Dalam bahasa wayang disebut karma atau ngundhuh wohing panggawe.
Ada lagi cara pertemuan dengan batin seorang yang telah nol.
Bahasa ilmiahnya ( a x 0 = 0 ).
Ini mungkin cara termudah untuk dilakukan.
Dengan batin diri dimasuki oleh batin seorang yang sudah nol maka batin kita akan ikut jadi nol tanpa kita pernah tahu.
Inilah mengapa Sri Krisna bereinkarnasi berkali kali turun ke dunia untuk membawa batin para umat kedalam keenolan diri.
Alasan utamanya adalah tiada seorangpun di dunia yang sanggup merubah batin diri.
Bahkan seorang nabipun punya Guru yang telah mengenolkan batin dirinya.
Sedangkan seorang yang batin diri telah bertemu dengan orang yang punya batin diri nol, wajib hukumnya untuk bertemu dengan batin batin yang belum nol.
Dengan kata lain seorang yang telah bertemu Sri Krisna, berkewajiban untuk mangajak batin batin lain untuk bertemu Sri Krisna.
Terlepas yang diajak mau atau tidak, yang penting kewajiban mengajak sudah dilaksanakan.
Semoga bermanfaat...







Sabtu, 23 Mei 2020

WAHYU CAKRANINGRAT

Wahyu cakraningrat menceritakan sebuah wahyu kepemimpinan yang diturunkan oleh pemilik wahyu kepada seseorang yang memenuhi syarat menurut pemilik wahyu.
Siapa pemilik wahyu ?
Pemilik wahyu adalah pembuat dan pemegang sejati segala wahyu yang ada. 
Wahyu tersusun rapi menghuni alam metafisik menjadi makhluk tingkat tinggi disisi sang Pencipta.
Kemanapun sang Pencipta berada disitu pula wahyu itu ada.
Bagi para pencari wahyu, jangan mencari wahyu ditempat lain selain disisi sang Pencipta sebagai pemilik segala wahyu.
Para pencari wahyu harus naik dan sowan di hadirat sang pemilik wahyu.
Memohon wahyu apa yang sesuai untuknya.
Menurut arti kata, cakra = siklus, ningrat = jabatan tinggi.
Cakraningrat = siklus jabatan tinggi.
Dapat ditafsirkan sendiri makna cakraningrat menurut arti kata.
Yaitu sebuah siklus para petinggi dari waktu ke waktu.
Apakah semua pemimpin kedunungan wahyu cakraningrat ?
Mari kita telusuri bersama.
Dikisahkan Rahwana adalah pemuda ambisius yang menginginkan kesaktian tinggi tak terkalahkan.
Perjalan batin yang ditempuhnya juga tidak main main.
Ia mampu sowan ke dewa Syiwa/Betara Guru.
Dari sana ia memdapatkan banyak ilmu kesaktian dan beberapa bidadari.
Dari prabu Danaraja ia mendapat ilmu rawa rontek.
Dari resi Subali ia mendapat ilmu pancasona.
Dari begawan Wisrawa ia mendapat aji dasamuka dan lain lain.
Menjelmalah Rahwana menjadi orang sakti tak bisa mati.
Jelaslah sudah bahwa Rahwana mampu masuk ke alam metafisik dewa.
Penelusuran kita lanjutkan ke "wahyu".
Wahyu disisi sang Pencipta artinya wahyu memiliki dimensi setara dengan sang Pencipta.
Rahwana yang tak bisa dibunuh ternyata dapat diikat oleh "cakra"baswara milik prabu Arjuna sasrabahu. 
Rahwana terbelenggu tak bisa apa apa kecuali memohon ampunan pada Arjuna Sasrabahu.
Dari penelusuran ini dapat kita ketahui bahwa dimensi Rahwana tidak sampai ke dimensi "cakra".
Artinya tidak semua pemimpin kedunungan "wahyu" cakraningrat.
Tapi semua pemimpin ketiban "sampur" kepemimpinan.
Boleh saja dinamai "sampur" kalaningrat.
Sampur kalaningrat ini disandang oleh semua pemimpin.
Sedangkan "wahyu" cakraningrat hanya didapat oleh seorang doang.
Dari sekian banyak raja dan ratu bertabiat baik didunia, wahyu cakraningrat hanya diperuntukkan seorang saja.
Pemimpin yang baik akan ikut pemimpin yang kedunungan wahyu cakraningrat.
Perang batin besar didalam dadanya antara sampur kalaningrat melawan wahyu cakraningrat dimenangkan oleh wahyu cakraningrat.
Dari penelusuran diatas juga menggambarkan metafisik betara Guru ternyata bukan metafisik Sang Pencipta.
Betara Guru masih ciptaan Sang Pencipta.
Sampur kalaningrat juga turun kepada Duryudana.
Melalui perang besar baratayuda, akhirnya sampur kalaningrat dapat dikalahkan oleh wahyu cakraningrat.
Prabu Duryudana digantikan oleh Parikesit sebagai raja Hastinapura dikemudian hari...






Jumat, 22 Mei 2020

RAHASIA KEKUATAN HATI

Niat dan prasangka dipercaya memiliki kekuatan.
Semua makhluk punya tujuan untuk apa ia diciptakan.
Tujuan saling berkaitan antara makhluk satu dengan lain.
Tujuan ini yang tahu hanyalah sang Pencipta itu sendiri.
Tak terkecuali para pencipta alat alat dan seni.
Para seniman mencipta lagu, puisi, lukisan, patung dan lain lain.
Para tekhnokrat mencipta alat alat bertekhnologi canggih.
Dari para ilmuwan dan seniman lahirlah karya karya yang sekarang dipuja puja orang.
Siapa yang tak kenal uang ?
Siapa yang tak kenal emas ?
Siapa yang tak kenal smart phone ?
Siapa yang tak kenal komputer ?
Siapa yang tak kenal jabatan ?
Dari sekian banyak hasil karya manusia, tujuan atau niat utama si pembuat mungkin sudah berbeda dengan niat dan tujuan para pengguna di jaman now.
Seiring perubahan keadaan dan alam, para pengguna punya tujuan masing masing sesuai selera.
Adakah pengguna uang yang tahu tujuan pencipta/penemu uang ?
Para pengguna uang mungkin sekedar mengira ngira, tujuan pencipta uang, karena pencipta uang sekarang telah tiada. 
Karena nilai tukar uang hanya imaginasi pikiran belaka, maka bagi yang tak memiliki pikiran (anak bayi, hewan, tumbuhan) tak bisa menggunakan uang seperti manusia.
Hal tak berbeda dengan benda benda lain seperti patung.
Karena imaginasi pikiran, banyak pengguna patung menyimpang dari tujuan dan niat patung itu dibuat oleh pembuatnya.
Pembuat patung Syiwa tentu tidak berniat membuat Syiwa.
Niat pembuat patung Syiwa misalnya ingin menyembah dan berbakti kepada dewa Syiwa.
Benarkah caranya demikian ?
Jawabnya bisa benar bisa salah.
Benarnya ada dalam niat pembuat.
Jika si pembuat berniat tulus dan murni ingin menyembah dan berbakti kepada Syiwa, maka benarlah itu.
Salahnya ada pada kelemahan si pembuat.
Jika si hati pembuat tidak terkonek dengan dewa Syiwa asli, maka patung Syiwa menjadi benda yang lebih rendah dimensinya daripada dimensi si pembuat patung.
Hal ini tentu seolah olah si pematung sedang merendahkan dewa Syiwa.
Lain halnya jika hati si pembuat patung terkoneksi baik dengan dewa Syiwa, patung yang dihasilkan akan diberkati dewa Syiwa asli, sehingga memiliki dimensi atau kekuatan magis sangat tinggi seperti dewa Syiwa.
Tapi...
Jika hati sudah memiliki koneksi dengan dewa Syiwa asli, ngapain juga membuat patungnya ?
Hal ini justru bisa menyesatkan umat.
Para umat yang belum memiliki koneksi hati dengan dewa Syiwa akan mudah tersesat imagenya. 
Mereka akan menyembah patung secara berlebihan dan tak mengenali dewa Syiwa asli dikehidupan nyata.
Akibatnya patung dewa Syiwa lebih dipuja puja daripada dewa Syiwa asli.
Bukankah ini bahaya ?
Terserah pembaca mau melatih "hati" agar memiliki koneksi dengan Sesembahan atau menyembah "patung"nya, atau "tulisan" tentangnya, atau "gambar"nya....

Kamis, 21 Mei 2020

RAHASIA AKHIR ZAMAN

Dalam pewayangan Wisageni menjadi dewa penutup atau dewa terakhir.
Tiada dewa lagi setelah Wisageni.
Bisa dikatakan ia adalah dewa akhir jaman.
Rahasia aturan dewa tidak dijumpai dicerita cerita wayang kulit.
Karena bersifat metafisik.
Dewa yang abadi dan tak mengenal kematian, menimbulkan pertanyaan pada pola pikir makhluk yang dinamakan orang/human.
Apa dewa mengikuti perkembangan jaman ?
Secara metafisik tidak, tapi setelah mengejawantah ke alam fisik tentu ya.
Ini artinya Wisanggeni ada dua sosok.

Sosok pertama :
Wisageni berupa fisik.
Sosok ini Wisageni terlahir sebagai purta raden Arjuna, melelui seorang ibu dewi Dersanala.
Dersanala adalah putri dari dewa api bernama Brama dengan dewi Raraswati.
Sebagai sosok fisik, orang tua dan leluhur Wisageni dan keturunannya juga sosok fisik.
Pengenalan terhadap Wisageni cukup mudah.
Dimana ada api disitu ada Dewa Brama, dewi Raraswati, dewi Dersanala, raden Arjuna dan Wisageni dan sosok sosok lain kerabat Wisageni.
Kobaran api misalnya wujud fisik dewa Brama, maka dewi Raraswati menjadi bahan bakarnya, melahirkan dewi Dersanala yang berupa hasil dari proses pembakaran.
Hasil proses pembakaran dimakan oleh pria ganteng Arjuna dan lahirlah Wisageni.
Wisageni secara fisik bisa berupa hasil hubungan pemakan proses pembakaran dengan hasil proses pembakaran yang dimakan.
Yaitu kalori atau energi panas tubuh.
Dengan begitu jelas sudah siapa Wisageni secara fisik.
Energi panas apa yang ada di akhir masa ?

Sosok kedua :
Wisageni berupa sosok metafisik.
Berkali kali sudah disebutkan bahwa alam metafisik atau roh adalah suatu dimensi yang tak termakan batasan ruang, waktu, panas, cepat dan sebagainya.
Wisageni di alam ini juga demikian, ia sudah ada bersama sang Pencipta sebelum Adam diciptakan.
Untuk mengenal sosok metafisik juga harus dengan metafisik.
Sesuatu yang fisik/terbatas tidak memadai untuk mengenal metafisik/tak terbatas.
Dengan kata lain, Wisageni dialam metafisik ini bisa mancolo putra mancolo putri, manjing ajur ajer dengan mudah ke alam fisik.
Sebagai dewa penutup, Wisageni menjadi tumpuan umat akhir jaman untuk memberi perlindungan dan keselamatan dari ulah durangkara.
Wisageni mejadi pangastuti yang meleburkan sura dira jayaningrat.
Namun apa dan Siapa Wisageni metafisik, umat marcapada harus mengenalinya secara metafisik.
Apa mau dikata, huruf huruf disinipun tak memadai untuk menuliskan sosok metafisik Wisanggeni.
Mungkin sedikit ibarat, bahwa ia akan turun di akhir jaman.
Musuhnya atau sura dira jaya ningratnya adalah tokoh tokoh terhormat, mulia dan dipuja puja orang.
Untuk menghindari salah tafsir, janganlah sekali kali mencampur adukan antara fisik dan metafisik, meskipun ia hidup berdampingan.
Metafisik adalah alam diluar akal.
Ia tak akan berjalan selama akal pikiran masih jalan/hidup.
Semoga selama kita tidur atau diluar kesadaran kita atau setelah mati nanti metafisik Wisanggeni menjadi sosok yang energi panas yang tak terasa panas untuk kita tapi membuat kehidupan tentram dan damai...