Senin, 18 Mei 2020

RAHASIA DEWA TRIMURTI

Syahdan dewa trimurti sedang memperebutkan kedudukan masing masing.
Adu argumen dan kesaktian berlangsung bermilyar milyar tahun.
Sampai akhirnya mereka saling mengerti, bahwa dewa tak mengenal kematian.
Tiada yang kalah, tiada yang menang.
Sang Brahma atau Tejamaya / Togog menduduki dua kiblat alam semesta.
Ibarat telur Brahma berkedudukan sebagai cangkang ( kulit keras ) dan kulit ari selaput putih tipis sebelah dalam cangkang.
Yaitu segala penampakan / penciptaan dan ikatan.
Semua yang tampak dan ikatan satu sama lain di alam semesta menjadi wilayah kekuasaan dewa Brahma. 
Ini yang disebut dua kiblat milik Brahma.
Dengan kata lain dewa Brahma bertahta pada dua tingkatan langit atau dimensi yang tak bisa dijamah oleh dua saudaranya.
Sang Ismaya atau dewa Wisnu bertahta pada empat kiblat alam semesta.
Yaitu kiblat raga / jasmani, kiblat jalan/laku/metode(jasmani kali arah), kiblat hakikat (jasmani x arah x umur) dan kiblat kesatuan dari ketiganya sebagai kiblat keempat.
Kekuasaan Wisnu juga tak bisa terjamah oleh kedua saudaranya.
Ini yang disebut empat kiblat milik dewa Wisnu.
Tataran tiga dimensi hingga enam dimensi.
Ibarat telur, kekuasaan Ismaya ada pada putih telurnya, bening dan samar sehingga Ismaya dijuluki Semar.
Mungkin pengibaratan telur agak membingungkan antara kata jasmani dan cangkang.
Cangkang adalah penampakan dari telur.
Sebagai penampakan ia belum memiliki jasmani.
Lebih jelasnya dua tingkatan dimensi milik Brahma adalah dimensi satu dan dimensi dua.
Dimensi satu yaitu satu ukuran, misal ukuran panjang.
Dimensi dua yaitu dua ukuran, misal panjang kali lebar.
Sedangkan kiblat milik Ismaya ada pada tiga dimensi (jasmani), empat dimensi (misal jasmani kali waktu), lima dimensi (misal jasmani kali waktu kali energi) dan enam dimensi (misal jasmani x waktu x energi x perubahan).
Manikmaya bertahta pada kiblat ke tujuh alam semesta yaitu : dimensi pangkat 7.
Ibarat telur ia bertahta pada kuningnya atau pusat inti telur, dimana di dalamnya selain menjadi titik pusat telur, ia juga titik pusat metamorfosis hewan bertelur (telur, embrio, anak ayam, ayam remaja, ayam dewasa dan kembali ke telur).
Trimurti bisa diartikan juga tiga dalam satu atau tritunggal.
Penyatuan dari ketiganya menjelma menjadi sosok lain yang berjuluk Sang Hyang Tunggal.
Jika Trimurti ada maka Sang Hyang Tunggal menjadi tiada. 
Brahma, Wisnu, Syiwa memiliki kekuasaan sendiri sesuai dimensi masing masing.
Namun jika Trimurti tiada, maka Sang Hyang Tunggal Ada.
Tujuh kiblat alam semesta menjadi kekuasaan Sang Hyang Tunggal.
Semua ada aturannya.
Bagi yang melanggar aturan, tentu ada akibat yang harus ditanggung.
Titah yang mau sowan ke dewa Syiwa harus melalui dulu Brahma dan Wisnu.
Tanpa itu ia tak akan bisa sampai ke kahyangan Betara Syiwa.
Para titah yang hendak sowan ke dewa Wisnu harus melewati dewa Brahma.
Para titah yang hendak sowan ke dewa Brahma cukup ke kahyangan dewa Brahma saja.
Meskipun dewa Trimurti adalah tiga dalam satu.
Tapi perjalanan rohani memiliki aturan baku yang tak bisa diubah oleh siapapun titahnya.
Adakah titah marcapada yang mau sowan ke kahyangan Hyang Tunggal ?...


Minggu, 17 Mei 2020

PETUAH RESI WISNUNGKARA

Resi Wisnungkara berkata kepada siswanya raden Kanwa 
" Firman Tuhan adalah perkataan Tuhan secara langsung !. 
Siapa yang sanggup untuk menerimannya nak?.
Tuhan itu maha segalanya, energinya tak terbatas, suara tak terhingga frekwensi dan kerasnya, tempatnya jauh tak berjarak sekaligus dekat tak berantara. Kita makhluk lemah, tak ada kekuatan untuk mendengarkan FirmanNya !.
Kita akan hancur, hilang musnah sebelum menerimanya.
Pikirkan baik baik, kita hancur dengan maha menyakitkan atau hancur lenyap dengan restu dariNya.
Untuk mendapat restu / berkahNya, syarat utama harus kenal dulu.
Mengenal untuk lenyap atau fana bersama kebesaranNya.
FirmanNya juga sama maha besarnya dengan kekuasaanNya.
Tiada satupun makhluk yang mampu menerimanya, kecuali yang dicintaiNya.
CintaNya juga sama maha besarnya dengan kekuasaanNya.
Di sanalah kisanak akan lenyap...
Ketahuilah, yang kisanak pelajari itu hanyalah salinan. Seseorang, telah berkorban untuk menterjemahkan Firman dari Tuhan yang dasyat tak terkira ke dalam bahasa manusia seperti kita.
Apa namanya jika yang maha dasyat telah berubah menjadi sesuatu yang seukuran kita ?.
Guru hanya memperingatkanmu, karena dari sekian banyak siswa cuma kisanak yang paham.
Kisanak yang telah mengerti akan urusan ini.
Kenalilah Tuhan terlebih dulu.
Kelak kisanak akan tahu dengan sendirinya !"...








Sabtu, 16 Mei 2020

ASAL USUL DIRI

Siapa aku ?
Pertanyaan singkat dan sederhana.
Jawabannya pun singkat dan sederhana.
Mau secara jasmani atau secara rohani.

Bagi yang mau secara jasmani, tinggal lihat KTP atau KK.
Disitu sudah tertera lengkap siapa nama dan data diri yang sah diakui negara.

Bagi yang mau secara rohanipun simple dan singkat.
Tinggal matikan pikiran, maka munculah jatidiri rohani yang sebenarnya.

Yang bikin rumit adalah pikiran itu sendiri, ia bisa berpura pura mati.
Bisa mengaku ngaku siapa dan apa saja.
Pikiran ini amat sangat sulit dimatikan bagi yang baru pertama kali mencoba.
Pikiran sengaja menutupi siapapun yang bermaksud mengenal jatidiri rohani.
Karena saktinya pikiran, ia tak bisa dikalahkan oleh diri sendiri tanpa bantuan guru rohani.
Sayangnya, guru rohani tidak bisa dipilih oleh calon murid, tapi guru rohanilah yang bisa memilih calon muridnya.
Peristiwa sederhana tapi diluar kemampuan pikiran.
Itulah keistimewaan sakral dari seorang guru rohani.
Semoga kita menjadi orang terpilih, agar kita bisa mengenal diri...





Kamis, 14 Mei 2020

ASAL USUL HARI

Setiap pujangga akan menggunakan bahasa daerah masing masing dalam berkarya.
Pujangga tanah jawa, akan menggunakan bahasa jawa.
Pujangga bali menggunakan bahasa bali.
Pujangga india menggunakan bahasa india.
Semakin sakti pujangga semakin jauh daya jelajahnya.
Murid dan pengikutnya semakin banyak.
Para pujangga eropa yang pandai perbintangan melahirkan perhitungan perhitungan waktu berdasar peredaran bintang dilangit.
Ada pula yang menggunakan peredaran bulan.
Setelah diketemukan teori tentang peredaran bumi terhadap matahari.
Perhitungan waktu mulai bergeser dari perbintangan ke perputaran bumi terhadap matahari.
Dari perhitungan ini diketahui jumlah hari pertahun ada 365,25 hari.
Di belahan bumi lain ada yang menggunakan peredaran bulan terhadap bumi.
Dari perhitungan ini ditemukan bahwa setahun ada 354,36 hari.
Namun perhitungan ini tidak singkron dengan peredaran bintang dilangit.
Yang singkron menjadi milik perhitungan tahun perputaran bumi terhadap matahari.
Karena itu banyak pujangga yang berusaha menyingkronkan antara tahun matahari dan tahun bulan.
Pujangga dari daratan china berhasil menyingkronkan dalam kalender china.
Sedangkan pujangga pujangga dari benua lain tetap menggunakan penghitungan sesuai selera masing masing.
Ada yang bertahan menggunakan tahun matahari, ada yang tetap menggunakan tahun bulan.
Semua sah sah saja tiada yang salah tentang itu.
Darimana asal hari yang berjumlah tujuh dalam seminggu ?
Kenapa para penganut tahun matahari dan tahun bulan sama sama menggunakan tujuh hari dalam seminggu ?
Pujangga tanah jawa / bali juga ada yang menggunakan tujuh hari perminggu.
Raditya = Ahad, Minggu = Sunday
Soma = Senin = Monday
Anggara = Selasa = Tuesday
Buda = Rabu = Wednesday
Wrespati = Kamis = Thursday
Sukra = Jum'at = Friday
Saniscara = Sabtu = Saturday
Dari nama nama yang digunakan menjelaskan bahwa pengaruh bahasa dan penghitungan arab sangat besar.
Sedangkan jumlah tujuh hari bukan pengaruh dari mana mana.
Tujuh hari adalah tujuh dimensi / langit / tataran / sapta arga / alam yang terbentang bahkan sebelum Adam dilahirkan.
Lepas dari bahasa manapun.
Tidak di timur, tidak di barat.
Tak di atas tak di bawah...

Rabu, 13 Mei 2020

LAHIRNYA TOGOG, SEMAR DAN GURU

Sang hyang tunggal turun ke jagad.
Di sana hyang Tunggal  menyadari tentang tiga hal yang tak terpisahkan.
Yaitu jagad tempat dia berada, terdiri dari tiga bagian, bisa tiga masa atau tiga jagad atau tiga alam.
Tiga bagian ini di dunia pewayangan disebut triloka atau trimurti.
Dunia makhluk hidup, kerajaan animalia mengenal jantan dan betina.
Di dunia roh tak mengenal jantan dan betina.
Istilah dewa dewi, betara betari, pria wanita hanyalah terjemahan rohani dalam bentuk jasmani.
Dunia jasmani sudah banyak ilmu ilmu yang diajarkan di kampus maupun sekolah tentang makhluk hidup.
Di dunia rohani, di sini adalah salah satu tempat untuk memulai belajar.
Kembali ke alam roh.
Sang Hyang Tunggal yang menyadari adanya Triloka, menterjemahkan bahasa penyebutan menjadi : prasejarah (loka pertama), sejarah (loka kedua) dan pasca sejarah (loka ketiga).
Prasejarah terlahir sebagai bungkus terluar dari triloka.
Ia terdeteksi lebih dulu dari dua hal lain.
Bahasa wayang disebut Togog / Tejamaya / Brahma.
Karena bahasa rohani tak bisa digapai oleh indra, maka diperlukan bahasa penghubung antara rohani dan indra agar tak salah langkah.
Togog bertugas penghubung antara dunia loka pertama dengan indra ( pendengar, penglihat, perasa, pencium dan lain lain ).
Bisa dikatakan Togog adalah pencipta dari segala yang kasat indra.

Loka kedua adalah bagian kedua dari Triloka.
Bahasa wayang disebut Semar / Ismaya / Wisnu.
Setelah loka pertama terkonek dengan indra, tugas Togog selesai.
Tugas kedua sebagai pemelihara / perawat / pelindung dijalankan oleh Semar / Wisnu.
Mohon maaf sebelumnya, Wisnu di sini bukanlah anak dari Betara Guru melainkan saudara tuanya.
Kacamata metafisik / rohani melihat Wisnu adalah Semar / Ismaya itu sendiri.
Alam sejarah terejawantah menjadi apa apa yang sedang terjadi.
Sama dengan Togog, Semar bertugas sebagai penghubung antara loka kedua dengan indra.
Semarlah yang bertugas memelihara antara panca indra dengan apa apa yang terdeteksinya.
Diharapkan apa yang terlihat, terdengar, tercium, terasa dan tersentuh bisa harmonis dengan penglihat, pendengar, pencium, perasa dan penyentuh.

Loka ketiga dari Triloka.
Alam pasca sejarah.
Jika apa apa yang terdeteksi panca indra memiliki batasan waktu / berat / energi dan sebagainya, kemana mereka setelah expired ?
Inilah alam loka ketiga.
Pohon menjadi tanah, air, oxigen, nitrogen dll.
Penghubung panca indra dengan apa apa hasil dari persentuhan, perciuman, perasaan, perdengaran dan penampakan, menjadi Tugas Manikmaya / Betara Guru / Syiwa.

Itulah tiga bagian yang mengelilingi Sang hyang Tunggal.
Kemanapun Tunggal berada, tiga bagian itu selalu ada bersamanya...
Hyang Tunggal adalah penguasa sejati jagad Triloka.
Sedangkan batara Guru hanya menguasai jagad ke tiga dari Triloka, jangan dicampur adukkan.