Jumat, 27 April 2018

Tapak Liman


Pohon Tapak Liman bagus untuk menghias sudut teras rumah
dan dimanfaatkan untuk obat herbal ( obat vertigo ).
Melambangkan keluhuran pekerti dan tahu balas budi.
Atau mungkin juga ketulusan cinta dan kerukunan rumah tangga...

Kingdom:     Plantae
(unranked):     Angiosperms
(unranked):     Eudicots
(unranked):     Asterids
Order:     Asterales
Family:     Asteraceae
Genus:     Elephantopus
Species:     E. scaber

Kamis, 26 April 2018

Babad Tabah Jawa Versi Jin

Cerita babad tanah jawa yang beredar di masyarakat ada banyak versi.
Tetapi pada intinya mengisahkan tentang asal muasal tanah jawa.
Cerita tampak tidak masuk akal tetapi masuk dalam dunia makhluk
halus dan alam gaib.
Atau dunia roh/nyawa manusia.

Mulai dari nabi Adam sampai kepada raja raja di tanah jawa.
Disini ada kesulitan membedakan antara keturunan Dewa dengan keturunan jin.
Masalahnya banyak jin yang menyaru nama nama dewa.
Hati hati bila belajar metafisika.
Diwaktu Ajisaka menginjakkan kaki di tanah jawa,
waktu itu mendarat di tlatah kerajaan Ratu Jin Srikuning istri dari Jaka Galuh
yang berpusat di gunung Srandil.
Kerajaannya sampai meliputi tanah Banten.
Banten sendiri dibawah kekuasaan Jin Siung Wanara yang merupakan putra
ketiga dari Sri Kuning.
Putra kedua bertahta di Gunung Merapi dan putra sulungnya bertahta di
semenanjung Blambangan(Alas Purwa).



Ajisaka berkelana hingga ke tanah Medang Kamulan.
Prabu Dewata Cengkar ratunya,kerajaan bawahan Blambangan.
Kisah abdi Dora dan Sembada inilah yang menjadi asal muasal
huruf Jawa (ha na ca ra ka).
Sembada di suruh menjaga sebuah pusaka dengan pesan tidak boleh ada
yang mengambil selain Ajisaka sendiri.
Tiba saat pusaka dibutuhkan,Dora diutus mengambil pusakanya.
Sesampai ditempat,Sembada tidak memperbolehkan pusaka diambil.
Karena bukan Ajisaka yang datang.
Singkat cerita mereka berkelahi dan sama sama perlaya.

Hanacaraka = ada utusan
Datasawala = berdebat kata
Padhajayanya = sama sama kuatnya
Magabathanga = sama sama jadi bangkai

Ajisaka sendiri setelah mengalahkan Dewata Cengkar lalu melanjutkan
perjalanan dan berpindah pindah tempat.
Senjata andalannya hanyalah sebuah ikat kepala/penutup rambut.
Penutup rambut inilah yang selalu menemani kemana mana.
Sampai sekarang tidak ada yang menceritakan pemberian siapa
ikat kepala Ajisaka yang sakti itu...

Ada yang menceritakan setelah mengalahkan Dewata Cengkar,Ajisaka lalu
bertahta di Medhang Kamulan bergelar Prabu Widyayaka.

Namun tidaklah bisa seorang manusia bertahta didalam kerajaan jin(Dewata Cengkar-Medhang Kamulan).
Kecuali Ajisaka adalah jin juga.
Dan bila Ajisaka adalah jin maka tidak mungkin ia berkelana ke Tanah Jawa,
karena sesama jin sudah punya aturan main sendiri.
Apalagi jin jin penunggu tanah jawa adalah jin jin yang tua dan sakti.

Seorang pengembara seperti Ajisaka tentulah mendapat perintah,mungkin dari
raja atau guru resi yang memberikan bekal pusaka yang memadai
untuk menakhlukan Tanah jawa...
Yang kenyataannya Tanah Jawa sampai saat ini masih dihuni jin jin yang dulu dikalahkan
Ajisaka...
Hanya saja mereka masih memegang teguh perjanjian yang mereka buat dengan penakhluk mereka(termasuk
para wali sanga).

Dengan mentaati perintah para wali/penakhluk inilah kita sebagai manusia lemah akan dihargai
oleh mereka...

Punakawan Dalam Arti Lain

Kita mengenal punakawan sebagai abdi dari seorang tokoh pelaku karakter.
Punakawan yang dimaksud adalah Semar,Bagong,Gareng dan Petruk.
Semar meski berstatus punakawan tetapi dia  penjelmaan seorang dewa yang maha sakti.
Menurut bahasa Jawa, Semar " Manungsa kang da tan samar mring sakliring rah".
Cocok dengan pengertian Ma'rifat dalam laku brata.
Sebagai ma'rifat tentulah dia hanya milik Tuhan, berbeda dengan ke tiga anaknya yang masih bisa digolongkan
ke dalam perbuatan yang masih bisa dilakukan manusia.
Bagong,bersifat lugu dan tak punya rasa was was,pertanda dari jiwa yang telah mengenal hakikat.
Bagong juga tercipta dari bayangan Semar sendiri.
Gareng wujud fisiknya sudah menandakan sesosok jiwa yang lagi menapak jalan menuju hakikat ( thariqat ).
Petruk yang berperangai lugas dan tegas pas dengan aturan main yang harus dijalankan ( syari'at ).
Seorang satria yang di ikuti oleh para punakawan inilah yang pada akhir cerita pagelaran wayang kulit
kelak menuai kemenangan dan kebahagiaan...


Lintang Trenggana

Malam makin sepi.
Harum semerbak aroma bunga bunga menyebar terbawa angin.
Suara madubranta berpadu dengan para bremana bremani
menikmati sari aroma puspita.

Syahdan di suatu tempat yang indah dan damai.
Gathotkaca lagi berlaku brata memohon petunjuk Yang Kuasa.
Tidak bergerak dan tidak bersuara.

Nun jauh di ujung langit Barat Daya.
Di tengah malam menjelang pagi.
Berpijar sebuah bintang yang tidak biasanya.
Bintang penunjuk arah yang hanya muncul bagi mereka si pencari jalan kebaikan.

Raden Sitija/Boma Narakasura sedang berkelahi melawan penjaga Bintang.
Sitija dapat dikalahkan oleh si cantrik penunggu Bintang.
Raden Sitija segera menemui eyangnya Prabu Nagaraja dari Jangkarbumi.

"Kalau ingin mendapatkan Lintang(Bintang) Trenggana,kamu harus mengalahkan
satria yang membuat bintang itu berpijar karena tapanya,yaitu saudaramu dari Pringgondani!",begitu nasihat
eyang Nagaraja.

Raden Sitija segera mencari Gathotkaca.
Gathotkaca selesai bertapa segera bergegas ke tempat dimana Lintang Trenggana berada.
Ditengah jalan bertemu Raden Sitija.
Keduanya berkelahi,sama sama sakti dan digjayanya.
Namun Lintang Trenggana adalah Wahyu.
Sehingga ia dapat memilih siapa yang dikehendakiNya.
Ghatotkaca yang sudah bertapa membersihkan diri lahir batin,
muncul niat yang tulus bagaikan sebuah magnet,menarik Lintang Trenggana masuk ke
ke dalam dadanya.
Terkena radiasi cahaya Lintang Trenggana, Raden Sitija akhirnya kalah dan
kembali ke Trajutrisna.

Raden Gathotkaca kembali ke Pringgondani menjadi seorang raja yang arif dan
bijak karena ada Lintang Trenggana yang selalu memberinya petunjuk...


Kresna Gugah

Malam semakin larut.
Langit mendung,angin dingin sepoi sepoi menusuk kulit.
Sayup sayup terdengar gamelan lokananta pagelaran wayang kulit.

Semakin malam semakin jelas terdengar.
Sri Kresna lagi bertapa.
Di seantero marcapada tersiar kabar siapapun yang dapat membangunkan
Sri Kresna,kelak dalam peperangan Barata Yuda akan menuai kemenangan.

Duryudana tampil duluan dengan segala daya upaya ia berusaha
membangukan Sri Kresna.
Tetapi tidak berhasil,semua pendukungnya termasuk Prabu Baladewa tak
ketinggalan berusaha membangunkan Sri Kresna,tapi hasil tetap nihil.

Setelah semua mundur datanglah Arjuna.
Ia ingin bertemu Sri Kresna bukan karena ingin menang perang,
tapi lebih karena kangen dan lama tak bertemu.
Dengan hikmat ia duduk tepekur mengheningkan cipta.
Sukmanya segera melanglang buana mencari dan menyebut nyebut nama
Sri Kresna.
Getaran rindu dan cintanya akhirnya membuahkan hasil dengan berjumpa
sukma Sri Kresna di alam kadewatan.
Setelah saling melepas rindu akhirnya sukma keduanya kembali ke
dalam raga seperti semula.
Sri Kresna terbangun dan pura pura terkejut karena sudah dikelilingi
banyak orang.
Ia segera menyalami satu persatu.
Sampai kepada Duryudana ia berhenti sejenak dan menanyakan maksud dan tujuan
Duryudana menemuinya.

"Adiku Duryudana,sekarang aku sudah terbangun dan aku mengajukan penawaran,
kalau adik disuruh memilih,pilih manakah antara raja seribu negara lengkap wadya bala dengan
seorang Kresna yang tanpa senjata apapun?".
Tanpa pikir panjang lagi Duryudana segera memilih raja seribu negara lengkap dengan wadya bala.
Sri Kresna bertanya kepada Arjuna,"Adiku Permadi pilih mana?".
Arjuna memeluk kaki Sri Kresna dengan menitikkan Airmata ia berucap,"Kakanda,kenapakah kanda bertanya
demikian,apalah arti raja seribu negara bila tanpa kakanda!".
Sri Kresnapun akhirnya memeluk Arjuna.

Duryudana tetap dengan pilihannya,ia puas bersama dengan raja seribu negara.
Sedang Arjuna tak mau kehilangan Sri Kresna, menang atau kalah dalam perang.
Ia lebih mementingkan persaudaraan dari pada kemenangan dalam perang.
Dan ternyata pilihannya membawa hasil,rasa persaudaraan dan cinta kasih
justru kunci sebuah kemenangan...