Senin, 06 April 2020

AJI SEIPIH GENI

MANTRA :
Niat ingsun matak aji seipih geni
Hyang Brama dewaningsun.
Gusti kang akarya geni sesembahan ingsun.
Kawedhar dening sang Bremana Bremani kang dununung aneng guwa garba.
Lenga tala tinumbas saka daya. 
Dayaning netra uga dayaning rasa. 
Rasa sejati dumunung ana ngendi. 
Dudu wetan dudu kulon. 
Nanging rasa sejati kang ana diri...
LAKU :
Aji seipih geni adalah aji untuk mengendalikan api.
Aji khusus bagi dewa Brama.
Menempati kahyangan Daksina Agni di puncak gunung Bromo.
Dari sana dewa Brama mengatur seluk beluk tentang api.
Syahdan Betara Guru sudah berputra dua yakni Cakra dan Sambo.
Cakra bertugas sebagai dewa pemutar dan Sambo sebagai dewa pengatur putaran / as.
Ia berkeinginan terus menambah anak untuk membantu tugasnya.
Suatu hari ia merasakan selama ini jagad triloka terasa dingin.
Maka ia mengerahkan kemampuannya untuk mempercantik keadaan yang sudah ada agar lebih cantik lagi.
Diaturlah pergiliran untuk membuat perbedaan suhu antar daerah di triloka.
Keinginan itu tersalur ke rahim dewi Umayi.
Kemudian lahirlah betara Brama sebagai kehendak penaik suhu di jagad triloka.
Brama ternyata tidak lahir sendirian.
Keinginan betara Guru membuat perbedaan suhu memerlukan teman sebagai bahan bakar.
Dari alam rahim embrio Brama bertemu dengan embrio dewi Raraswati putri Pancadewa.
Jadi perjodohan Brama dengan Raraswati sejak dalam kandungan.
Lahirlah bayi Brama dan bayi Raraswati bersamaan waktunya.
Tugas Bramapun bisa dijalankan dengan semestinya.
Itulah laku dari aji seipih api ( geni )...



AJI SEIPIH ANGIN

MANTRA :
Niat ingsun matak aji seipih angin.
Angin dadi ingsun, ingsun dadi angin.
Batara Bayu dewaningsun.
Malaikat guruningsun.
Gusti kang akarya angin pepujaningsun.
Datan ana rupa liyane rupa angin.
Datan ana akarya liyane akaryane angin.
Wiwit ngadhape bumi nganti ndhuwur langit kang ana ya mung angin.

LAKU :
Aji seipih angin menjadi hak paten Batara Bayu dari kahyangan Panglawung.
Putra Batara Guru dengan Dewi Umayi.
Aji seipih angin adalah kemampuan mengendalikan angin dan bertindak dengan angin.
Olah pernafasan, olah kincir angin, olah layar angin, olah mesin angin ( kompresor ) hingga olah kanuragan.
Olah kanuragan macam paralayang, terjun payung dan lain lain hingga jaya kawijayan.
Dewa Bayu mengajarkan ajian ini kepada keturunan dan murid muridnya.
Murid dewa Bayu dikenal dengan sebutan dulur tunggal Bayu.
Diantaranya : Gunung Maenaka ( Bayu Langgeng ), Jajakwreka ( Bayu Anras ), Gajah Situbanda ( Bayu Kanetra ), 
Anoman ( Bayu Kinara ), Werkudara ( Bayu Mangkurat ), Garuda Mahambira, Naga Kowara, Macan Palguna.
Kelima murid dewa Bayu juga punya anak dan murid yang diajarkan aji seipih angin turun temurun hingga kini.
Anoman sebagai bayu kinara memiliki kemampuan membuat tubuh lebih ringan dari angin, ia bisa terbang.
Gunung Maenaka sebagai bayu langgeng memiliki kemampuan membuat angin bertahan lama semacam membuat oksigen.
Jajakwreka sebagai bayu anras memiliki kemampuan meneruskan seperti membawa awan, semilir.
Gajah Situbanda sebagai bayu kanetra memiliki kemampuan memperlihatkan / memperdengarkan sesuatu seperti bunyi bunyian.
Werkudara sebagai bayu mangkurat memiliki kemampuan kekuatan angin seperti memghempaskan, kecepatan angin.
Garuda Mahambira terbang karena kepakan sayap mengolah angin.
Naga Kowara menghembuskan angin panas dan nafas berbisa.
Macan Palguna mencium aroma dan mendengar suara yang terbawa angin dengan handal.
Tinggal pilih laku mana yang pas untuk kita jalankan dengan baik...

Rabu, 19 Februari 2020

Perjalanan Rohani

Perjalanan rohani dapat digambarkan seolah jasmani yang menempuh perjalanan. Dapat mengandalkan kaki atau naik kendaraan. Bagi petualang rohani hal penting dari persiapan perjalanan adalah asal dan tujuan. Harus pasti dan nyata. Benarkah tempat start adalah awal dari perjalanan ? Atau pengulangan dari masa lalu ?
Semua harus jelas dan terarah agar tak kesasar.
Bagi yang naik kendaraan, mungkin agak lebih ringan. Tinggal masuk ke alam rohani, pastikan rohani yang akan menempuh perjalanan telah memiliki rohani penolong yang memiliki kendaraan rohani. Di sanalah rohani kita bersama sama naik kendaraan menuju tujuan...

Kamis, 02 Agustus 2018

Batara Guru Dan Manikmaya

Batara Guru, putra bungsu Hyang Tunggal dengan Dewi Rekatawati / Ikawati.
Bertugas mengemong bangsa dewa. Sebagai putra bungsu ia bertempat pada akhir tujuan. Tinggal di kahyangan Jonggring Saloka.
Kahyangan di puncak Semeru.  Tinggal bersama Dewi Parwati ( Uma ).
Sudah menjadi aturan Dewa, bahwa pemimpin adalah yang tersakti di bidangnya.
Sebagai Manikmaya ia beristri Uma seorang, Parwati, Umayi dan Durga adalah jelmaan atau wujud lain dari Uma, sama halnya dengan Tejamaya dan Ismaya bisa berganti wujud dan nama.
Bertempat di kahyangan Suryalaya, sebuah kahyangan yang memancarkan cahaya warna warni. Perjalanan batin yang ditempuh seseorang, sehabis melewati Tejamaya dan Ismaya, harus pula sampai pada Manikmaya, agar tujuan perjalanan batin lengkap menjelajahi alam Trimurti.
Wisnu dalam pewayangan yang kita kenal sekarang berbeda dengan Wisnu Trimurti sebagai Dewa pemelihara alam semesta. Wisnu Trimurti ( Narayan ) adalah Ismaya, sedangkan titisannya yang turun ke bumi adalah Semar. Brahma Trimurti yang turun ke bumi adalah Togog, sedangkan yang di kahyangan adalah Tejamaya. Syiwa / Mahadewa Trimurti menjadi Batara Guru di Jonggring Saloka dan yang di Suryalaya adalah Manikmaya. Togog, Semar dan Betara Guru mempunyai istri dan anak, tetapi Tejamaya, Ismaya dan Manikmaya beristri dan beranak tak seperti manusia. Mereka digambarkan sebagai masa muda dari ketiganya sebagai petunjuk agar yang berubah adalah mereka yang mengikuti perputaran, sedangkan yang tetap adalah mereka yang tak ikut perputaran...

Rabu, 01 Agustus 2018

Semar Dan Ismaya

Semar adalah putra kedua dari Hyang Tunggal dengan Dewi Rekatawati / Ikawati.
Sebagai Semar ia bertempat di padukuhan Karang Gemenggeng / Karang Kadempel / Klampis Ireng / Karang Tumaritis.