Rabu, 25 April 2018

Kedekatan

Gunung Bromo sangat indah dilihat dari kejauhan.
Langit biru cerah tampak asri dan damai.
Tidak terlihat gelegak lava di perutnya.

Lain halnya bila di lihat dari dekat.
Lembah ngarai dan tebing tebing terjal terpampang didepan mata.
Gejolak lava panas di pepundan juga sangat jelas terasa panas.

Seorang yang nekat mendekat dan menceburkan diri tentu akan hancur dan mati.

Sebuah pertanyaan, cukupkah hanya menikmati dari jauh ?
Kedekatan yang bagaimanakah maksud dari mendekatkan diri ?

Penanggalan Jawa

Dalam kalender jawa ada yang namanya wuku.
Jumlahnya tiga puluh dan mempuyai tenggang waktu tujuh hari per wuku.
Cerita bermula ketika Prabu Watugunung bertanding melawan betara Whisnu.
Karena tidak bisa mengalahkan satu sama lain pertempuran dilanjutkan dengan
cangkriman.
Karena kecerdasan betara Whisnu akhirnya Prabu Watugunung dapat dikalahkan.
Begitu mendengar prabu Watugunung pralaya,istrinya membuat geger Jonggring
Saloka,minta prabu Watugunung dihidupkan.
Prabu Watugunung yang terlanjur betah di swargaloka tak mau lagi turun ke
marcapada. Bahkan minta istri dan semua anaknya dijemput ke swargaloka.
Permintaan prabu Watugunung dikabulkan setiap minggu istri dan anaknya di
jemput satu persatu.
Itulah sepenggal cerita asal muasal wuku tigapuluh.
Nama nama wuku tersebut :

Pawukon

Sedikit ulasan wuku.

Wuku adalah perlambang dari sifat-sifat manusia yang dilahirkan pada hari-hari tertentu seperti layaknya horoskop atau perbintangan yang kita kenal. Adapun maksud dan tujuan diciptakan wuku oleh para leluhur Jawa ,adalah untuk mengetahui karakter manusia  pada sisi kebaikkan dan keburukkannya ,saat-saat sialnya, dan doa penangkal serta  keslamatannya.

Adapun sejarah asal-usulnya wuku yang berjumlah 30 macam sebagai berikut :

Di ceritakan ada dua putri bersaudara yang bernama dewi Shinta dan dewi Landep, dua-duanya diperistri oleh seorang pandita yang bernama resi Gana., resi Gana ini adalah putra dari bethara Temburu dalam ceritanya dalam memperistri dua putri tersebut, resi Gana belum mendapatkan putra dan cintanya dikarenakan usianya yang sudah tua serta berburuk rupa, pada suatu malam, cinta kasihnya pada salah satu istrinya ( dewi shinta ) sang Resi mendapatkan kekecewaan karena perilaku sang dewi Shinta tersebut.

Salah Kaprah

Sudut pandang manusia menyatakan bahwa : Kesuksesan berbanding lurus dengan pendapatan perkapita.
Semakin banyak pendapatan / profit, semakin sukseslah ia.
Sudut pandang seperti ini sama halnya dengan menjadikan uang sebagai tolok ukur kesuksesan.
Boleh saja berpendapat seperti itu.
Tapi pendapat seperti itu hanya berlaku untuk manusia saja.
Untuk berinteraksi dengan semua makhluk, pendapat itu tak berlaku lagi.
Makhluk selain manusia tidak menggunakan pendapatan perkapita / uang sebagai tolok ukur kesuksesan.
Apalagi jika menginginkan berinteraksi dengan Sang Khalik, jelaslah tolok ukur kesuksesan bukan ditentukan oleh si makhluk.
Lalu apa sebenarnya tolok ukur kesuksesan yang berlaku bagi semua makhluk dan Sang Khalik?
Pernahkah ego kita mengakui bahwa hewan dan tumbuhan lebih sukses dari kita dalam hal kesuksesan seperti ini?
Hewan dan tumbuhan sangat sukses berinteraksi dengan semua makhluk dan Sang Khalik.
Sedangkan manusia sangat gagal dalam berinteraksi dengan alam.
Rusaknya alam adalah akibat ulah manusia dalam menjadikan uang sebagai tolok ukur kesuksesannya.
Uang dijadikan alat untuk menguasai manusia lainnya.
Masih adakah manusia yang mau berinteraksi dengan seluruh makhluk dan Sang Khalik tanpa menggunakan uang?
Jika masih ada, tolonglah bantu kami untuk memperbaiki salah kaprah ini...

Embun Malam

Titik demi titik menyatu dalam dingin.
Hawa lembab berganti sejuk dan sunyi.
Setitik embun menempel di akar bunga anggrek.
Apalah arti bening di waktu malam gelap gulita tanpa cahaya.
Apalah daya setitik embun berhadapan dengan sang surya.
Jawaban yang sama di antara waktu berbeda.
Tak terlihat, tapi tetap memberi kehidupan dikala hujan mulai jarang menyapa.
Aturan alam tataplah aturan, ia tak dapat terlanggar oleh siapapun.
Aturan alam adalah hubungan langsung dari Yang Tak Terbatas sendiri.
Segala apapun terkenai dan tak bisa lepas darinya.
Jangan beri kesempatan pikiran merajalela dengan sok merasa bisa bikin aturan dan melanggar aturan.
Pikiran hanyalah bayangan maya yang akan hilang bersama jasad.
Sedangkan sesuatu yang tak tampak mata, tak tampak indra, tak tampak rasa, tak tampak nafsu maupun pikiran, tapi yang menghidupi raga ini,
akan selalu berada dalam aturan itu sampai kapanpun.