Kamis, 14 Mei 2020

ASAL USUL HARI

Setiap pujangga akan menggunakan bahasa daerah masing masing dalam berkarya.
Pujangga tanah jawa, akan menggunakan bahasa jawa.
Pujangga bali menggunakan bahasa bali.
Pujangga india menggunakan bahasa india.
Semakin sakti pujangga semakin jauh daya jelajahnya.
Murid dan pengikutnya semakin banyak.
Para pujangga eropa yang pandai perbintangan melahirkan perhitungan perhitungan waktu berdasar peredaran bintang dilangit.
Ada pula yang menggunakan peredaran bulan.
Setelah diketemukan teori tentang peredaran bumi terhadap matahari.
Perhitungan waktu mulai bergeser dari perbintangan ke perputaran bumi terhadap matahari.
Dari perhitungan ini diketahui jumlah hari pertahun ada 365,25 hari.
Di belahan bumi lain ada yang menggunakan peredaran bulan terhadap bumi.
Dari perhitungan ini ditemukan bahwa setahun ada 354,36 hari.
Namun perhitungan ini tidak singkron dengan peredaran bintang dilangit.
Yang singkron menjadi milik perhitungan tahun perputaran bumi terhadap matahari.
Karena itu banyak pujangga yang berusaha menyingkronkan antara tahun matahari dan tahun bulan.
Pujangga dari daratan china berhasil menyingkronkan dalam kalender china.
Sedangkan pujangga pujangga dari benua lain tetap menggunakan penghitungan sesuai selera masing masing.
Ada yang bertahan menggunakan tahun matahari, ada yang tetap menggunakan tahun bulan.
Semua sah sah saja tiada yang salah tentang itu.
Darimana asal hari yang berjumlah tujuh dalam seminggu ?
Kenapa para penganut tahun matahari dan tahun bulan sama sama menggunakan tujuh hari dalam seminggu ?
Pujangga tanah jawa / bali juga ada yang menggunakan tujuh hari perminggu.
Raditya = Ahad, Minggu = Sunday
Soma = Senin = Monday
Anggara = Selasa = Tuesday
Buda = Rabu = Wednesday
Wrespati = Kamis = Thursday
Sukra = Jum'at = Friday
Saniscara = Sabtu = Saturday
Dari nama nama yang digunakan menjelaskan bahwa pengaruh bahasa dan penghitungan arab sangat besar.
Sedangkan jumlah tujuh hari bukan pengaruh dari mana mana.
Tujuh hari adalah tujuh dimensi / langit / tataran / sapta arga / alam yang terbentang bahkan sebelum Adam dilahirkan.
Lepas dari bahasa manapun.
Tidak di timur, tidak di barat.
Tak di atas tak di bawah...

Rabu, 13 Mei 2020

LAHIRNYA TOGOG, SEMAR DAN GURU

Sang hyang tunggal turun ke jagad.
Di sana hyang Tunggal  menyadari tentang tiga hal yang tak terpisahkan.
Yaitu jagad tempat dia berada, terdiri dari tiga bagian, bisa tiga masa atau tiga jagad atau tiga alam.
Tiga bagian ini di dunia pewayangan disebut triloka atau trimurti.
Dunia makhluk hidup, kerajaan animalia mengenal jantan dan betina.
Di dunia roh tak mengenal jantan dan betina.
Istilah dewa dewi, betara betari, pria wanita hanyalah terjemahan rohani dalam bentuk jasmani.
Dunia jasmani sudah banyak ilmu ilmu yang diajarkan di kampus maupun sekolah tentang makhluk hidup.
Di dunia rohani, di sini adalah salah satu tempat untuk memulai belajar.
Kembali ke alam roh.
Sang Hyang Tunggal yang menyadari adanya Triloka, menterjemahkan bahasa penyebutan menjadi : prasejarah (loka pertama), sejarah (loka kedua) dan pasca sejarah (loka ketiga).
Prasejarah terlahir sebagai bungkus terluar dari triloka.
Ia terdeteksi lebih dulu dari dua hal lain.
Bahasa wayang disebut Togog / Tejamaya / Brahma.
Karena bahasa rohani tak bisa digapai oleh indra, maka diperlukan bahasa penghubung antara rohani dan indra agar tak salah langkah.
Togog bertugas penghubung antara dunia loka pertama dengan indra ( pendengar, penglihat, perasa, pencium dan lain lain ).
Bisa dikatakan Togog adalah pencipta dari segala yang kasat indra.

Loka kedua adalah bagian kedua dari Triloka.
Bahasa wayang disebut Semar / Ismaya / Wisnu.
Setelah loka pertama terkonek dengan indra, tugas Togog selesai.
Tugas kedua sebagai pemelihara / perawat / pelindung dijalankan oleh Semar / Wisnu.
Mohon maaf sebelumnya, Wisnu di sini bukanlah anak dari Betara Guru melainkan saudara tuanya.
Kacamata metafisik / rohani melihat Wisnu adalah Semar / Ismaya itu sendiri.
Alam sejarah terejawantah menjadi apa apa yang sedang terjadi.
Sama dengan Togog, Semar bertugas sebagai penghubung antara loka kedua dengan indra.
Semarlah yang bertugas memelihara antara panca indra dengan apa apa yang terdeteksinya.
Diharapkan apa yang terlihat, terdengar, tercium, terasa dan tersentuh bisa harmonis dengan penglihat, pendengar, pencium, perasa dan penyentuh.

Loka ketiga dari Triloka.
Alam pasca sejarah.
Jika apa apa yang terdeteksi panca indra memiliki batasan waktu / berat / energi dan sebagainya, kemana mereka setelah expired ?
Inilah alam loka ketiga.
Pohon menjadi tanah, air, oxigen, nitrogen dll.
Penghubung panca indra dengan apa apa hasil dari persentuhan, perciuman, perasaan, perdengaran dan penampakan, menjadi Tugas Manikmaya / Betara Guru / Syiwa.

Itulah tiga bagian yang mengelilingi Sang hyang Tunggal.
Kemanapun Tunggal berada, tiga bagian itu selalu ada bersamanya...
Hyang Tunggal adalah penguasa sejati jagad Triloka.
Sedangkan batara Guru hanya menguasai jagad ke tiga dari Triloka, jangan dicampur adukkan.






Selasa, 12 Mei 2020

LAHIRNYA SANG HYANG ADAM DAN BETARI HAWA DARI SUDUT PANDANG METAFISIKA

Di jagad pewayangan, apa apa yang terjadi sesuai kehendak dalang.
Siapa dalang pertama yang menciptakan wayang kulit ?
Cerita kelahiran wayang pertama tak lepas dari dalang pertama.
Sebelum wayang pertama lahir, jagad pewayangan masih kosong.
Imaginasi dalang pertama masih belum memikirkan wayang.
Zaman ini disebut tirtayoga / awang uwung.
Setelah itu muncul imaginasi wayang, jagad wayang dan aturan wayang.
Zaman ini disebut dwakara.
Setelah zaman dwakara kemudian muncul zaman sengara, dimana bentuk wayang sudah muncul di alam nyata.
Wayang pertama oleh dalang pertama diberi nama sang hyang Adam.
Lahir sebagai bagian dari dalang pertama berupa rohani yang dikandung dan dilahirkan oleh rohani dalang pertama.
Setelah melanglang jagad bertahun tahun waktu alam rohani, Atas izin dalang, Sang Hyang Adam membagi diri menjadi dua bagian.
Bagian yang satu tetap bernama Adam bagian yang lain diberi nama Betari Hawa.
Kedua rohani ini juga melanglang jagad berjuta juta tahun rohani.
Atas kehendak dalang, kedua rohani ini dikawinkan dan kemudian lahirlah rohani rohani baru, sebagai bagian dari rohani hyang Adam dan Betari Hawa.
Inilah cikal bakal perawinan rohani.
Apakah rohani rohani baru juga bagian dari rohani dalang ?
Ya, sudah tentu rohani rohani baru itu juga bagian dari rohani sang Dalang.
Mulai dari sang hyang Sis hingga, Nurcahya, Nurasa, Wenang, Tunggal dan seterusnya...





.

WAYANG PURWA

Wayang kulit merupakan media penerangan kehidupan metafisik.
Menterjemahkan kehidupan metafisik / roh / jiwa / nyawa ke dalam kehidupan jasmani jaman dulu banyak digambarkan dengan cerita cerita yang tak masuk akal.
Masyarakat tanah Jawa saat itu telah mengenal cerita cerita metafisik mahabarata, ramayana, Sidarta Gautama, dewa dewa, iblis, animisme dan dinamisme.
Kehidupan metafisik diluar jangkauan akal memerlukan gambaran cerita jasmani agar dapat dipahami oleh orang orang yang baru atau mau belajar.
Satu dari sekian banyak gambaran cerita itu ialah wayang kulit purwa.
Cerita wayang yang masih asli sebagai terjemahan dari dunia metafisik memiliki ciri ciri yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang tahu atau kenal metafisik.
Kebanyakan orang jaman sekarang menganggap metafisik sebagai cerita belaka sehingga jarang orang yang mau mempelajarinya.
Padahal kehidupan metafisik sangat penting artinya, karena menyangkut kehidupan rohani setelah kematian jasmani.
Pepatah jawa mengatakan "uring nang donya iku sakderma mampir ngombe" (hidup didunia ibarat sekedar singgah minum).
Hidup rohani itulah kehidupan sejati yang abadi / kekal.
Rohani bertanggung jawab penuh atas semua perbuatan raga dan pikiran.
Tanpa pernah belajar metafisik kerohanian, ibarat jiwa / roh tak pernah dilahirkan.
Rohaninya terbawa / terjajah / dikandung dalam rahim makhluk makluk gaib lainnya.
Belajar metafisik kerohanian tidak bisa dengan membaca buku atau melakukan ritual ritual mistik.
Ada sekolah khusus rohani dari masa ke masa hingga kini tiada putus putusnya.
Memilih sekolah rohani harus jelas sejarah dan silsilahnya.
Jangan memilih sekolah rohani yang tidak jelas asal usulnya.
Jangan pula memilih sekolah rohani yang menerapkan hukum hukum metafisika tdak berdasar hukum hukum fisika yang benar.
Wayang kulit sebagai penterjemah kehidupan rohani ke jasmani memerlukan dalang rohani yang benar benar sah dari alam kerohanian.
Karena tidak semua dalang bersekolah rohani.
Wayang kulit sekarang hanya menjadi tontonan dan warisan budaya yang adiluhung tanpa ada pendaftaran calon calon murid rohani baru...








Sabtu, 09 Mei 2020

SABDA TUNGGAL TANPA LAWAN

Sabda : ucapan
Tunggal : satu
Tanpa : tiada
Lawan : musuh / tara
Asal muasal dari sabda pendeta ratu.
Pendeta atau raja dijaman dulu, sekali berucap harus direalisasikan tanpa boleh mencla mencle atau berulang ulang atau berganti ganti.
Perbuatan yang ajeg dan terus menerus rutin dilakukan akan menjadi kebiasaan dan terbawa ke alam luar sadar.
Dimana ucapan ucapan yang terlatih terlaksana sekali diucap, terjadi diluar pengetahuan di pengucap.
Pendeta dan raja yang cinta damai tak menyukai permusuhan, sehingga ucapan ucapannya akan menentramkan dan menyejukkan.
Tata tentram (repeh rapih) kerta raharja menjadikan gemah ripah lohjinawi. 
Tiada lagi yang melawan, tiada lagi yang merasa dimusuhi.
Sehingga sabda pendeta ratu menjadi sabda tunggal tanpa lawan.
Melatih merealisasikan ucapan menjadi kenyataan sampai benar benar mendarah daging hingga terbawa ke alam luar sadar membutuhkan perjuangan dan pengorbanan.
Alam sadar adalah tlatah kekuasaan jasmani dan pikiran.
Alam luar sadar adalah tlatah kekuasaan rohani / nyawa / jiwa.
Artinya sabda tunggal tanpa lawan sebenarnya roh yang melakukan pekerjaan...