Selasa, 12 Mei 2020

LAHIRNYA SANG HYANG ADAM DAN BETARI HAWA DARI SUDUT PANDANG METAFISIKA

Di jagad pewayangan, apa apa yang terjadi sesuai kehendak dalang.
Siapa dalang pertama yang menciptakan wayang kulit ?
Cerita kelahiran wayang pertama tak lepas dari dalang pertama.
Sebelum wayang pertama lahir, jagad pewayangan masih kosong.
Imaginasi dalang pertama masih belum memikirkan wayang.
Zaman ini disebut tirtayoga / awang uwung.
Setelah itu muncul imaginasi wayang, jagad wayang dan aturan wayang.
Zaman ini disebut dwakara.
Setelah zaman dwakara kemudian muncul zaman sengara, dimana bentuk wayang sudah muncul di alam nyata.
Wayang pertama oleh dalang pertama diberi nama sang hyang Adam.
Lahir sebagai bagian dari dalang pertama berupa rohani yang dikandung dan dilahirkan oleh rohani dalang pertama.
Setelah melanglang jagad bertahun tahun waktu alam rohani, Atas izin dalang, Sang Hyang Adam membagi diri menjadi dua bagian.
Bagian yang satu tetap bernama Adam bagian yang lain diberi nama Betari Hawa.
Kedua rohani ini juga melanglang jagad berjuta juta tahun rohani.
Atas kehendak dalang, kedua rohani ini dikawinkan dan kemudian lahirlah rohani rohani baru, sebagai bagian dari rohani hyang Adam dan Betari Hawa.
Inilah cikal bakal perawinan rohani.
Apakah rohani rohani baru juga bagian dari rohani dalang ?
Ya, sudah tentu rohani rohani baru itu juga bagian dari rohani sang Dalang.
Mulai dari sang hyang Sis hingga, Nurcahya, Nurasa, Wenang, Tunggal dan seterusnya...





.

WAYANG PURWA

Wayang kulit merupakan media penerangan kehidupan metafisik.
Menterjemahkan kehidupan metafisik / roh / jiwa / nyawa ke dalam kehidupan jasmani jaman dulu banyak digambarkan dengan cerita cerita yang tak masuk akal.
Masyarakat tanah Jawa saat itu telah mengenal cerita cerita metafisik mahabarata, ramayana, Sidarta Gautama, dewa dewa, iblis, animisme dan dinamisme.
Kehidupan metafisik diluar jangkauan akal memerlukan gambaran cerita jasmani agar dapat dipahami oleh orang orang yang baru atau mau belajar.
Satu dari sekian banyak gambaran cerita itu ialah wayang kulit purwa.
Cerita wayang yang masih asli sebagai terjemahan dari dunia metafisik memiliki ciri ciri yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang tahu atau kenal metafisik.
Kebanyakan orang jaman sekarang menganggap metafisik sebagai cerita belaka sehingga jarang orang yang mau mempelajarinya.
Padahal kehidupan metafisik sangat penting artinya, karena menyangkut kehidupan rohani setelah kematian jasmani.
Pepatah jawa mengatakan "uring nang donya iku sakderma mampir ngombe" (hidup didunia ibarat sekedar singgah minum).
Hidup rohani itulah kehidupan sejati yang abadi / kekal.
Rohani bertanggung jawab penuh atas semua perbuatan raga dan pikiran.
Tanpa pernah belajar metafisik kerohanian, ibarat jiwa / roh tak pernah dilahirkan.
Rohaninya terbawa / terjajah / dikandung dalam rahim makhluk makluk gaib lainnya.
Belajar metafisik kerohanian tidak bisa dengan membaca buku atau melakukan ritual ritual mistik.
Ada sekolah khusus rohani dari masa ke masa hingga kini tiada putus putusnya.
Memilih sekolah rohani harus jelas sejarah dan silsilahnya.
Jangan memilih sekolah rohani yang tidak jelas asal usulnya.
Jangan pula memilih sekolah rohani yang menerapkan hukum hukum metafisika tdak berdasar hukum hukum fisika yang benar.
Wayang kulit sebagai penterjemah kehidupan rohani ke jasmani memerlukan dalang rohani yang benar benar sah dari alam kerohanian.
Karena tidak semua dalang bersekolah rohani.
Wayang kulit sekarang hanya menjadi tontonan dan warisan budaya yang adiluhung tanpa ada pendaftaran calon calon murid rohani baru...








Sabtu, 09 Mei 2020

SABDA TUNGGAL TANPA LAWAN

Sabda : ucapan
Tunggal : satu
Tanpa : tiada
Lawan : musuh / tara
Asal muasal dari sabda pendeta ratu.
Pendeta atau raja dijaman dulu, sekali berucap harus direalisasikan tanpa boleh mencla mencle atau berulang ulang atau berganti ganti.
Perbuatan yang ajeg dan terus menerus rutin dilakukan akan menjadi kebiasaan dan terbawa ke alam luar sadar.
Dimana ucapan ucapan yang terlatih terlaksana sekali diucap, terjadi diluar pengetahuan di pengucap.
Pendeta dan raja yang cinta damai tak menyukai permusuhan, sehingga ucapan ucapannya akan menentramkan dan menyejukkan.
Tata tentram (repeh rapih) kerta raharja menjadikan gemah ripah lohjinawi. 
Tiada lagi yang melawan, tiada lagi yang merasa dimusuhi.
Sehingga sabda pendeta ratu menjadi sabda tunggal tanpa lawan.
Melatih merealisasikan ucapan menjadi kenyataan sampai benar benar mendarah daging hingga terbawa ke alam luar sadar membutuhkan perjuangan dan pengorbanan.
Alam sadar adalah tlatah kekuasaan jasmani dan pikiran.
Alam luar sadar adalah tlatah kekuasaan rohani / nyawa / jiwa.
Artinya sabda tunggal tanpa lawan sebenarnya roh yang melakukan pekerjaan...

 

Jumat, 08 Mei 2020

MANUNGGALING KAWULA GUSTI

Manungggaling kawula Gusti ( Bersatunya hamba Tuhan ).
Istilah ini sudah tak asing lagi ditelinga kita.
Sebagai manusia yang dikaruniai pikiran, tentu tak begitu saja menerima istilah sebelum mengetahui mungkin atau tidaknya secara ilmiah.
Namun pikiran juga sesuatu yang terbatas dan memiliki kelemahan.
Syech Siti Jenar berkata : "Siapapun yang tak mengenal Gusti (Tuhan), maka yang disembahnya adalah tuhan buatan pikirannya".
Mari kita laksanakan metode ilmiah sederhana untuk menghindari tuhan tuhan buatan pikiran.
Data yang masuk kali ini adalah manunggaling kawula gusti.

Hipotesa : 
Tuhan / Gusti = sesuatu yang tak terbatas apapun = ~ 
Kawula = sesuatu yang terbatas.
Manunggal = bersatu / beserta / memberkati.

Experimen : 
Kawula = 60kg, 60tahun, 10 km/jam dll
Gusti = ~lama, ~ besar, tak hingga berat, tak hingga dasyat, dsb
Manunggaling kawula gusti = 60kg x ~lama = 60kg~lama=~
Dengan kata lain 60kg=~/~ adalah hal tak mungkin, karena yang mungkin adalah ~/~=1 dan 1 yang dimaksud bukan 60kg, dan hanya mungkin jika yang 1 adalah ~ itu sendiri.
Jelasnya begini : 60kg/~ = 0  dan 60kg/0=~

Kesimpulan :
Manunggaling kawula Gusti adalah hal yang tak mungkin.
Karena hadirnya Gusti saja sudah membuat kawula hilang atau nol...


Kamis, 07 Mei 2020

KASTA DI ALAM

Kasta mirip dengan level atau kelas.
Secara naluri orang akan memilih hal hal yang sesuai untuk diri sendiri atau kemauannya.
Secara jasmaniah otomatis menerapkan hukum relativitas.
Apa terhadap apa atau siapa terhadap siapa.
Siapapun atau apapun bila belum bernilai nol (0) atau tak hingga (~) akan terkena hukum relativitas.
Dari sudut pandang inilah kasta, level atau sejenisnya tetap ada dan diterapkan secara otomatis oleh manusia dan makhluk lainnya.
Seorang manager akan berbeda perilakunya bila bertemu pedagang sayur dengan bertemu seorang presiden.
Seekor singa akan berbeda perilakunya jika bertemu rusa dengan bertemu kobra.
Setumpuk jerami beda perilaku jika bertemu air bah / banjir bandang dengan bertemu segelas air.
Karena itulah kasta menjadi perilaku diluar sadar dan sadar, diakui atau tidak yang terus diterapkan dan terjadi di alam.
Mungkinkah kasta dihindari ?
Mungkin.
Menghindari kasta atau tepatnya hukum relativitas, harus menjadi nol atau tak hingga atau mutlak.
Ditataran inilah baru kasta tak berlaku...